Jakarta, VIVA – Layanan pemberian makan kepada jemaah haji pada tanggal 14–15 Dzulhijjah setelah Arafah, Muzdalifah, dan Mina (Armuzna) dinilai menjadi salah satu inovasi penting dalam penyelenggaraan haji tahun ini.
Meski diwarnai sejumlah tantangan teknis, Wakil Ketua Umum Ikatan Persaudaraan Haji Indonesia (IPHI) Anshori, menyatakan bahwa penyediaan konsumsi di Armuzna selama puncak ibadah haji merupakan inisiatif yang belum pernah dilakukan sebelumnya dalam skala besar.
“Ini adalah terobosan baru. Meskipun kondisinya padat, petugas tetap berupaya memberikan pelayanan yang sempurna kepada jemaah,” ujar Anshori dikutip dari keterangannya, Jumat 20 Juni 2025.
Namun, Anshori juga mencatat bahwa pelaksanaan di lapangan tidak lepas dari kendala, terutama keterlambatan distribusi makanan akibat kepadatan luar biasa.
“Tantangan utamanya adalah logistik. Seluruh jemaah berkumpul di satu lokasi dalam waktu bersamaan, sehingga distribusi pun menjadi sangat kompleks,” jelasnya.
BPKH Limited.
Photo :
- Dokumentasi BPKH.
Menurut Anshori, penting bagi penyedia layanan untuk melakukan persiapan ekstra, termasuk memulai operasional sejak dini hari, serta memperkuat komunikasi kepada jemaah terkait potensi keterlambatan.
“Dengan informasi yang jelas sejak awal, jemaah akan lebih memahami jika ada keterlambatan di luar kendali,” tambahnya.
Sebagai bentuk tanggung jawab atas keterlambatan layanan pada 14–15 Dzulhijjah, BPKH Limited telah memberikan kompensasi kepada lebih dari 42.000 jemaah dengan total nilai sebesar 862.000 riyal Saudi atau sekitar Rp3,7 miliar. Anshori menilai langkah cepat ini sebagai upaya penyelesaian yang bijak.
Mudir BPKH Limited, Sidiq Haryono.
“Penting untuk menyelesaikan persoalan dengan cepat dan terbuka, agar tidak berkembang menjadi isu yang berkepanjangan,” katanya.
Ia juga menegaskan bahwa terobosan pelayanan konsumsi di masa puncak haji harus menjadi bahan evaluasi seluruh pemangku kepentingan. “Saya yakin semua pihak memiliki niat baik. Apa yang terjadi bukan karena kesengajaan, tetapi karena situasi yang sangat crowded dan menantang,” imbuhnya.
“Mudah-mudahan tahun depan kita bisa lihat layanan ini berjalan lebih lancar, karena ini adalah kebutuhan penting jemaah yang melewati fase paling melelahkan dalam ibadah haji,” tutup Anshori.
Halaman Selanjutnya
“Dengan informasi yang jelas sejak awal, jemaah akan lebih memahami jika ada keterlambatan di luar kendali,” tambahnya.