Kesaksian Kardinal Suharyo Saat Detik-detik Konklaf hingga Paus Baru Terpilih

8 hours ago 2

Jakarta, VIVA -- Uskup Agung Jakarta, Kardinal Ignatius Suharyo, mengisahkan detik-detik terpilihnya Robert Francis Prevost sebagai Paus, untuk memimpin takhta suci Vatikan menggantikan Paus Fransiskus.

Pengalaman ini dikisahkan Kardinal Suharyo, dalam perbincangan di Channel YouTube Dubes RI untuk Vatikan, Michael Triad Kuncahyono. Dia menceritakan bahwa proses yang harus dilalui oleh para Kardinal yang datang dari berbagai negara untuk memilih Paus baru tersebut sangat detail, baik dari segi aturan, prosesi, hingga tata cara pelaksanaannya.

Semua itu, menurut Suharyo, juga sudah diatur dalam sebuah buku panduan. Dalam buku tersebut bahkan mengatur tata cara hingga teks sumpah yang harus diucapkan sebelum para Kardinal memasukkan kartu suara berisi nama calon Paus baru ke wadahnya.

"Pemilihannya itu detail, Pak. Diatur oleh satu buku panduan. Teratur sekali, membawanya (kartu) harus begini begitu, maju, dan sebelum memasukkan kartu itu di dalam tempatnya, itu mereka bersumpah lagi," kata Kardinal Suharyo, dikutip Kamis, 15 Mei 2025.

Paus Leo XIV, Paus Baru Terpilih

Photo :

  • (Foto AP/Andrew Medichini)

"Bahwa saya memilih orang yang dikehendaki oleh Tuhan, bukan yang dikehendaki oleh saya sendiri. Kira-kira begitu, dan itu pakai bahasa latin. Baru (kartunya) dimasukkan," ujarnya.

Sebagai salah satu Kardinal yang bertugas membuka kartu berisi nama-nama calon Paus yang akan dipilih, Suharyo mengaku bahwa aturan pengocokan kartu-kartu itu juga harus sesuai aturan. Namun karena tempat penyimpanan kartu itu sangat berat, maka Suharyo pun sempat meminta cara pencampuran kartu-kartu tersebut dengan diaduk di dalam wadah itu sendiri.

"Aturannya dikocok, itu pun ada aturannya. Tapi wah, berat sekali ini. Karena saya yang diberi tugas untuk melakukannya. Maka saya tanya waktu itu, apa boleh dicampur di dalam. Katanya boleh," kata Suharyo.

Dia menceritakan bahwa proses penghitungan kartu-kartu suara yang masuk pada pemilihan Paus itu dilakukan dengan sangat cermat dan hati-hati. Terdapat beberapa Kardinal yang bertugas membuka kartu suara, mempersaksikannya, mencatat, hingga menusukkan jarum dan benang untuk mengumpulkan masing-masing kartu suara yang telah dihitung tersebut.

"Nanti kan dicocokkan semua pencatatan itu, cocok enggak dengan ini? Lalu yang terakhir, yang ke-6 itu, mengumpulkan kartu pemilih itu, ditusuk jarum, dikumpulkan," ujarnya.

Pada proses pemilihan dan penghitungan kartu suara putaran pertama, total jumlah kartu suara dinyatakan sesuai dengan jumlah pemilih yakni sebanyak 133 kartu suara. Meskipun belum ada satu nama calon Paus yang terpilih secara mutlak, namun Kardinal Suharyo mengakui bahwa putaran pertama itu telah memberikan gambaran soal arah suara pemilihan.

"Kira-kira sudah ada gambaran, tapi masih sama sekali belum jelas. Lalu kan asap hitam keluar," kata Suharyo.

Namun karena waktu di Kapel Sistina ternyata sudah cukup larut, maka putaran pemilihan selanjutnya harus dilakukan keesokan harinya pada Kamis pagi, 8 Mei 2025 pukul 10.00 waktu setempat.

Pada pemilihan di putaran kedua tersebut, Kardinal Suharyo mengatakan, Konklaf masih belum mendapatkan nama calon Paus dengan suara terbanyak secara mutlak. Sehingga, publik di luar lokasi Konklaf yang menunggu terpilihnya Paus baru itu pun hanya kembali melihat asap hitam mengepul dari cerobong Kapel Sistina tersebut.

Kemudian baru pada sore hari pada tanggal yang sama, Kardinal Suharyo mengatakan bahwa nama calon Paus terkuat sudah mulai terlihat. Meskipun, saat itu ada kendala yang terjadi di tengah-tengah proses penghitungan suaranya, dimana jumlah kartu suara yang seharusnya berjumlah 133 nyatanya malah berjumlah 134 usai penghitungan.

"Lalu baru sorenya, itu sudah mulai sangat jelas. Tetapi ketika kartu dihitung, enggak cocok. Lebih 1 kartu suara jadi 134. Mungkin (karena yang menghitung) itu sudah sepuh itu tadi ya. Pasti bukan karena alasan macam-macam, tapi karena sepuh," ujarnya.

Suharyo mengatakan, kemungkinan kekeliruan penghitungan yang melebihi 1 suara itu bisa jadi karena pada awalnya masing-masing Kardinal diberikan 2 kartu suara untuk 2 kali pemilihan. Supaya penyerahan kartu suara itu dilakukan sekaligus dan tidak mengulang prosesnya.

Namun, kekeliruan penghitungan itu, menurut Kardinal Suharyo, sama sekali tidak menimbulkan perselisihan antarpara Kardinal. Semuanya hanya tertawa melihat adanya kekeliruan jumlah penghitungan kartu suara tersebut.

"Tidak ada yang pikir macam-macam. Kita tertawa-tertawa saja. Tapi kalau pernah saya baca aturannya, konstitusi apostoliknya itu harus diulang. Makanya tambah lama," kata Suharyo.

Karena itu, proses pemilihan dan penghitungan pun kembali diulang, hingga akhirnya forum Konklaf mendapatkan satu nama terkuat calon Paus selanjutnya yakni Robert Francis Prevost.

"Baru sesudah (penghitungan) yang batal itu, itulah pilihan yang menghasilkan seperti sekarang ini, yaitu Robert Francis Prevost dengan perolehan suara lebih dari dua per tiga. Maka langsung sudah semuanya tepuk tangan dengan suasana gembira, yang mungkin agak sulit dibayangkan oleh saudara-saudara kita yang bukan katolik," ujarnya.

Sebelumnya diwartakan, Robert Francis Prevost terpilih menjadi Paus menggantikan Paus Fransiskus yang meninggal pada 21 April 2025 lalu. Robert merupakan Paus pertama dari Amerika Serikat. Dia memilih Leo XIV sebagai nama kepausannya. Saat ini, Paus Leo XIV berusia 69 tahun.

Halaman Selanjutnya

"Nanti kan dicocokkan semua pencatatan itu, cocok enggak dengan ini? Lalu yang terakhir, yang ke-6 itu, mengumpulkan kartu pemilih itu, ditusuk jarum, dikumpulkan," ujarnya.

Halaman Selanjutnya

Read Entire Article
Sindikasi | Jateng | Apps |