Menimbang Untung Rugi Devaluasi Yuan, Senjata Ekonomi China Lawan Tarif Impor Trump

1 week ago 7

Rabu, 9 April 2025 - 18:10 WIB

Jakarta, VIVA – China melakukan devaluasi mata uang Yuan sebagai bentuk balas dendam terhadap tarif impor Presiden Donald Trump. Manuver pemerintah Beijing menurunkan nilai tukar mata uangnya memiliki keuntungan dan kerugian yang tidak bisa diabaikan.

Ketegangan ekonomi global kembali meningkat setelah  Trump memberlakukan tarif resiprokal terhadap 60 negara. Orang nomor satu negeri Paman Sam itu bahkan mengenakan pungutan sebesar 104 persen terhadap barang-barang asal China.

Sikap yang agresif dan 'berani' membuat pemerintah China lebih cermat dalam melawan Trump. Alih-alih mengancam dengan tarif yang lebih tinggi, Beijing justru membiarkan Yuan melemah yang langsung menjadi sorotan global. 

Dikutip Nikkei Asia pada Rabu, 9 April 2025, Yuan diperdagangkan di kisaran 7,35 per dolar AS atau turun 2 persen dari nilai tukar acuan yang ditetapkan oleh Bank Sentral Rakyat Tiongkok (POBC). Nilai tersebut menjadi terendah sejak Desember 2007 silam.

Penurunan nilai Yuan terhadap dolar AS sudah terjadi sehari jelang pemberlakuan tarif impor Trump. Pada Selasa, 8 April 2025, mata uang China jatuh ke level 7,34 per dolar AS atau jadi terendah dalam 19 bulan atau sejak September 2023.

Lantas apa saja keuntungan dan kerugian dari kebijakan pemerintah China yang membiarkan nilai Yuan tergerus ke level terendah? Simak ulasan berikut.

Kerugian dan Risiko Devaluasi Yuan

Dikutip Financial Times pada Rabu, 9 April 2025, Kepala Ekonom China, Robin Xing, menyoroti risiko utama adalah meningkatnya tekanan terhadap arus modal keluar dan merusak stabilitas ekonomi dalam negeri. Akibatnya, kepercayaan investor global menurun bahkan sangat memungkinkan mereka menarik dana dari China sehingga menyebabkan instabilitas di sektor keuangan domestik.

Beban utang luar negeri korporasi China juga akan meningkat karena sebagian besar dibayarkan dalam mata uang dolar AS. Dengan nilai Yuan yang lebih rendah maka biaya pelunasan utang menjadi semakin mahal sehingga menggerus profitabilitas korporasi besar.

Ilustrasi Tantangan Ekonomi

Photo :

  • freepik.com/freepik

Dari sisi geopolitik, devaluasi Yuan dapat memperkeruh hubungan China dengan negara lain, terutama jika dianggap sebagai bentuk manipulasi mata uang. Tuduhan seperti ini sudah dilontarkan oleh Trump dan berpotensi memicu sanksi tambahan.

Melansir Trading View, Presiden Spectra FX Solutions, Brent Donnelly, menuturkan volatilitas mata uang akan terus berlanjut seiring memanasnya perang dagang AS dan China. Fluktuasi mata uang merupakan bagian tidak terpisahkan dari meningkatnya perang dagang yang mempertemukan dua ekonomi terbesar satu sama lain. 

Jika yuan didevaluasi akan memicu devaluasi kompetitif secara global atau perang mata uang. Setiap negara terdorong menurunkan nilai mata uang untuk meminimalisir lonjakan harga akibat tarif impor yang tinggi. 

"Jika yuan didevaluasi, hal itu dapat memicu devaluasi kompetitif secara global," ujar Alicia Garcia Herrero, kepala ekonom untuk Asia-Pasifik di Natixis, dikutip dari Nikkei Asia pada Rabu, 9 April 2025.

Keuntungan Devaluasi Yuan

Di balik dampak negatif, langkah devaluasi Yuan yang bertujuan guna menjaga daya saing ekspor China memiliki sisi positif yang dapat dimaksimalkan pelaku pasar. Ketika mata uang melemah terhadap dolar AS maka harga barang-barang China menjadi lebih murah di pasar global. 

Tidak hanya itu, pelemahan Yuan bisa menjadi sinyal politik dan ekonomi bahwa China tidak akan tinggal diam menghadapi tekanan eksternal, terutama dari kebijakan perdagangan unilateral AS. Langkah ini memperkuat posisi tawar China dalam negosiasi perdagangan internasional.

Devaluasi Yuan menjadi angin segar untuk Bitcoin dan Emas. Pada Rabu pagi, 9 April 2025, harga emas melonjak sekitar 1 persen, usai Presiden AS Donald Trump resmi memberlakukan tarif tinggi terhadap produk impor dari China.

"Karena ketidakpastian pertumbuhan global dan inflasi, emas masih berada di jalur untuk mencetak rekor tertinggi baru, meski sempat menghadapi beberapa hambatan minggu lalu," jelas Tim Waterer, Kepala Analis Pasar KCM Trade, seperti dikutip dari Reuters.

Co-founder dan CEO Bybit, Ben Zhou, membuat tulisan di akun X-nya bahwa tindakan China menurunkan nilai tukar Yuan untuk melawan AS mendorong peralihan modal ke Bitcoin. Hal tersebut akan menguntungkan Bitcoin karena harganya cenderung akan meningkat. 

Secara historis, harga Bitcoin telah menunjukkan hubungan terbalik dengan dolar AS. Di mana dolar AS telah mengalami penurunan yang stabil sejak pelantikan Trump. 

Halaman Selanjutnya

Beban utang luar negeri korporasi China juga akan meningkat karena sebagian besar dibayarkan dalam mata uang dolar AS. Dengan nilai Yuan yang lebih rendah maka biaya pelunasan utang menjadi semakin mahal sehingga menggerus profitabilitas korporasi besar.

Halaman Selanjutnya

Read Entire Article
Sindikasi | Jateng | Apps |