Jakarta, VIVA – Perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok semakin mengaburkan masa depan ekonomi global. Di tengah ketidakpastian ini, kinerja industri asuransi jiwa sepanjang tahun 2024 tercatat positif.
Berdasarkan Laporan Kinerja Industri Asuransi Jiwa 2024 oleh Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI), total pendapatan kontribusi industri asuransi jiwa syariah meningkat 11 persen menjadi Rp 22,1 triliun pada 2024. Total aset asuransi jiwa syariah ikut naik menjadi Rp 32,3 triliun dari sebelumnya Rp 31,7 triliun pada tahun sebelumnya.
Mirisnya, jumlah masyarakat Indonesia yang memiliki proteksi masih sedikit apabila dibandingkan dengan berbagai negara lain. Padahal proteksi kesehatan dan jiwa menjadi semakin penting bagi setiap individu sebagai pengamanan (safety net) di tengah kondisi ekonomi yang tidak menentu.
Menurut data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), tingkat penetrasi asuransi di Indonesia mencapai 2,8 persen per September 2024. Angka ini masih relatif lebih kecil dibandingkan beberapa negara lainnya pada 2023, seperti Malaysia 4,8 persen, Jepang 7,1 persen, dan Singapura 11,4 persen.
Kondisi ini memberikan peluang besar bagi industri asuransi jiwa di dalam negeri untuk terus memperluas akses dan mendorong penetrasi asuransi, termasuk pelaku industri asuransi jiwa berbasis syariah. Sebagaimana diketahui bersama, Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk muslim terbesar di dunia, yakni 245 juta atau 87 persen dari total populasi.
Belum lagi jumlah usia produktif yang mendominasi hampir 70 persen dari total penduduk Indonesia. Bonus demografi ini menghadirkan potensi besar untuk pasar asuransi jiwa dan kesehatan berbasis syariah, apalagi jika disertai edukasi literasi keuangan yang mumpuni.
Direktur Prudential Syariah Herwin Bustaman menyampaikan, tren positif ini disebabkan beberapa faktor pendukung, seperti peningkatan literasi dan inklusi keuangan syariah di Indonesia. Data SNLIK 2025 oleh OJK menemukan bahwa tingkat literasi dan inklusi keuangan syariah di Indonesia semakin meningkat.
Indeks literasi keuangan syariah pada 2025 naik jadi 43,4 persen dari tahun sebelumnya 39 persen. Tingkat inklusi keuangan syariah juga naik dari 9 persen pada 2024 menjadi 13,41 persen di tahun 2025. Sehingga Prudential Syariah optimis melihat tren positif minat produk asuransi berbasis syariah di Indonesia.
"Ini menunjukkan semakin tingginya pemahaman dan kesadaran masyarakat akan layanan keuangan berbasis syariah. Kami akan terus mendorong edukasi literasi keuangan dan asuransi syariah, serta menghadirkan berbagai inovasi produk yang relevan bagi kebutuhan berbagai segmen," ucap Herwin dikutip dari keterangan resmi pada Selasa, 20 Mei 2025.
Menurut Herwin, kalangan anak muda menjadi segmen yang paling potensial. Ia melihat semakin banyak anak muda yang menyadari pentingnya memiliki proteksi sejak dini terbukti dari semakin banyak Peserta kami yang berasal dari kelompok milenial dan generasi Z (Gen Z).
Pandangan Herwin sejalan dengan survei Populix 2024 yang menunjukkan bahwa minat anak muda terhadap asuransi semakin bertumbuh. Sebanyak 73 persen dari 1.000 responden anak muda menganggap
asuransi kesehatan sebagai hal yang penting.
"Selain bisa memperoleh biaya kontribusi yang lebih terjangkau, anak muda Indonesia dapat melindungi diri dari berbagai risiko kehidupan di masa depan, mendapatkan ketenangan pikiran, dan mengelola keuangan dengan lebih baik dan terencana," tutup Herwin.
Halaman Selanjutnya
Source : Shutterstock