Tokyo, VIVA – Produsen otomotif asal Jepang, Nissan, mengumumkan bahwa pihaknya mencatat kerugian bersih sebesar ¥700 miliar hingga ¥750 miliar (setara sekitar Rp76 hingga Rp82 triliun) untuk tahun fiskal 2024 yang berakhir pada 31 Maret lalu.
Nissan menyebut kerugian ini disebabkan oleh rencana transformasi yang sedang berlangsung dan berbagai faktor lainnya.
Selama satu tahun terakhir, Nissan menghadapi banyak tantangan besar. Bahkan, waktu untuk menyelamatkan perusahaan tampaknya semakin sempit, dilansir VIVA dari laman Motor1.
Rencana pemulihan yang dicanangkan oleh CEO sebelumnya tidak membuahkan hasil seperti yang diharapkan.
Hal ini berpuncak pada kegagalan merger dengan Honda pada Februari lalu dan berujung pada penggantian Makoto Uchida oleh Ivan Espinosa sebagai CEO baru.
Espinosa kini diharapkan mampu mengembalikan Nissan ke jalur yang lebih kompetitif.
Logo Nissan
Photo :
- VIVA.co.id/M Ali Wafa
Namun, dengan portofolio produk yang mulai menua dan persaingan ketat dari produsen asal China, tugas tersebut tidak akan mudah.
Perusahaan pun telah melakukan PHK dan memangkas kapasitas produksinya.
“Kami mengambil langkah hati-hati untuk merevisi proyeksi keuangan tahunan kami, berdasarkan tinjauan menyeluruh terhadap performa dan nilai aset produksi kami,” ujar Espinosa dalam pernyataan resmi.
Dari total kerugian tersebut, lebih dari ¥500 miliar (sekitar Rp54 triliun) berasal dari penurunan nilai aset permanen di pasar Amerika Utara, Eropa, Amerika Latin, dan Jepang.
Meskipun kerugiannya besar, Nissan menyatakan masih memiliki kas bersih sekitar ¥1,5 triliun (sekitar Rp165 triliun).
Untuk tahun fiskal 2024, Nissan memperkirakan masih akan mencetak laba operasional sebesar ¥85 miliar (sekitar Rp9,3 triliun) dengan total pendapatan mencapai ¥12,6 triliun (sekitar Rp1,3 triliun).
Namun demikian, mereka mengakui bahwa kondisi persaingan dan performa penjualan yang menurun sangat mempengaruhi hasil tersebut.
Di Amerika Serikat, penjualan Nissan justru tumbuh 5,4 persen dibanding tahun sebelumnya.
Sayangnya, untuk mendorong angka tersebut, Nissan terpaksa meminta diler menjual mobil mereka dengan harga rugi, yang justru memangkas keuntungan para mitra penjualannya.
Produksi model Rogue, yang menjadi andalan mereka, bahkan sempat dipangkas pada September tahun lalu karena stok yang menumpuk. Kini, model tersebut dijual lebih murah untuk tahun 2025.
Meskipun Espinosa berusaha membangkitkan semangat penggemar lewat model-model ikonik seperti Z, loyalitas penggemar tidak cukup untuk menyelamatkan perusahaan.
Nissan membutuhkan penyegaran lineup agar tetap kompetitif di pasar global.
Di sisi lain, model-model murah seperti Nissan Versa justru melonjak penjualannya di tengah harga mobil yang terus naik dan pemberlakuan tarif baru dari pemerintah AS.
Situasi ini menjadi sedikit titik terang bagi Nissan saat ini. Produsen tersebut dijadwalkan akan mengumumkan laporan keuangan lengkap untuk tahun fiskal 2024 pada 13 Mei mendatang.
Halaman Selanjutnya
Namun, dengan portofolio produk yang mulai menua dan persaingan ketat dari produsen asal China, tugas tersebut tidak akan mudah.