Pakar Telematika Ingatkan Bahaya Pindai Retina Mata Sembarangan

2 hours ago 1

Selasa, 6 Mei 2025 - 20:08 WIB

Jakarta, VIVA – Pakar telematika Abimanyu Wachjoewidajat mengingatkan masyarakat, agar tidak sembarangan memindai retina mata hanya demi iming-iming uang ratusan ribu rupiah.

Peringatan ini disampaikan menyusul hebohnya warga Bekasi, Jawa Barat, yang berbondong-bondong mendatangi kantor cabang WorldCoin di Jalan Ir. Haji Juanda, Kabupaten Bekasi, untuk memindai retina dan mendapatkan uang antara Rp200.000 hingga Rp800.000.

Padahal, menurut laporan, kantor tersebut sudah tidak aktif menyusul pembekuan sementara izin operasional WorldCoin dan WorldID oleh Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi).

“Kalau dari uangnya itu kan iming-iming, ya. Untuk menarik minat masyarakat, dikemas semudah mungkin, cukup dengan scan retina dan dapat uang. Ini membuat banyak orang tertarik tanpa memikirkan risiko,” kata Abimanyu dikutip tvOne, Selasa 6 Mei 2025.

Pakar telematika Abimanyu Wachjoewidajat

Menurutnya, retina mata merupakan salah satu identitas biometrik yang sangat sensitif karena memiliki tingkat keakuratan tinggi dalam verifikasi identitas. 

Abimanjoe menekankan, biometrik retina biasa digunakan untuk sistem akses kontrol yang membutuhkan validasi tingkat tinggi, bukan untuk kepentingan komersial apalagi tanpa kejelasan pengelolaan data.

“Kalau sidik jari masih bisa diganti dengan jari lain. Tapi mata? Hanya ada dua. Sekali datanya tersebar, tidak bisa diambil kembali. Ini sangat berbahaya,” tegasnya.

Pakar Telematika itu juga menjelaskan risiko jangka panjang apabila data biometrik seperti retina jatuh ke tangan yang salah.

“Sekarang ini dilakukan secara remote, tidak tahu ke mana data kita pergi. Bisa diperjualbelikan, dimanfaatkan untuk hal-hal lain. Dan kita tidak punya kontrol lagi atas data kita sendiri,” tambahnya.

Abimanjoe menyoroti bahwa masyarakat Indonesia umumnya belum memahami teknologi seperti cryptocurrency dan digital ID. Hal ini membuka celah bagi oknum di lapangan untuk membingkai kegiatan tersebut hanya sebagai 'foto mata dapat uang', tanpa edukasi soal dampak keamanan data pribadi.

“Dengan faktor kecilnya FAR (false acceptance rate) dan FRR (false rejection rate), berarti setelah dapat data ini, kalau misalnya diperjualbelikan, gimana? Kepada pihak-pihak mana diperjualbelikan? Kemudian mereka sekarang untuk mengakses data sudah dimiliki pihak lain selain diri mereka sendiri,” bebernya.

Komdigi Bekukan WorldCoin dan WorldID

Sebelumnya diberitakan, Menkomdigi Meutya Hafid memastikan akan memanggil pengelola WorldCoin dan WorldID untuk dimintai klarifikasi. 

"Jadi atas masukan masyarakat, kami suspen, mereka nanti akan diberikan hak menjawab, dipanggil oleh Dirjen Pengawasan Ruang Digital," kata Meutya di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Senin, 5 Mei 2025.

Sementara itu, Polri juga menyatakan akan mendalami kasus ini dan siap melakukan langkah hukum jika ditemukan pelanggaran.

“Pembekuan ini merupakan langkah preventif untuk mencegah potensi risiko terhadap masyarakat,” kata Dirjen Pengawasan Ruang Digital Komdigi, Alexander Sabar.

Halaman Selanjutnya

“Kalau sidik jari masih bisa diganti dengan jari lain. Tapi mata? Hanya ada dua. Sekali datanya tersebar, tidak bisa diambil kembali. Ini sangat berbahaya,” tegasnya.

Halaman Selanjutnya

Read Entire Article
Sindikasi | Jateng | Apps |