Silent Disease! Osteoporosis Tak Bergejala Sampai Terjadi Patah Tulang, Begini Cara Deteksi Dininya

3 hours ago 1

Senin, 24 Februari 2025 - 21:03 WIB

Tangerang, VIVA – Osteoporosis dikenal sebagai “silent disease” karena sering kali berkembang tanpa gejala hingga terjadi patah tulang. Kondisi ini ditandai dengan penurunan kepadatan dan kualitas tulang, sehingga membuat tulang menjadi keropos, rapuh dan rentan patah, bahkan bisa mengalami cedera

Osteoporosis umumnya menyerang wanita pasca menopause, namun pria dan kelompok usia lain juga memiliki risiko, terutama mereka dengan gaya hidup yang tidak sehat. Scroll untuk informasi selengkapnya, yuk!

Dokter Spesialis Bedah Tulang di Bethsaida Hospital Gading Serpong, dr. Ray Hendry, Sp.OT, menjelaskan, osteoporosis terjadi ketika tubuh kesulitan menghasilkan tulang baru untuk menggantikan yang sudah tua. 

“Biasanya, ini semakin terasa seiring bertambahnya usia, namun faktor lain seperti pola makan yang kurang baik, gaya hidup kurang aktif, dan faktor keturunan juga bisa memperburuk kondisi ini,” ujar dr Ray dalam keterangannya, dikutip Senin 24 Februari 2025.

Penyebab osteoporosis yang harus diwaspadai
Beberapa penyebab utama osteoporosis meliputi kurangnya asupan kalsium dan vitamin, kurang aktivis fisik, merokok dan konsumsi alkohol, faktor genetik hingga penggunaan obat-obatan tertentu.

Lebih lanjut, dokter Ray menjelaskan, pencegahan osteoporosis dapat dimulai dengan langkah-langkah berikut:

Konsumsi Makanan Bergizi
Perbanyak konsumsi makanan kaya kalsium seperti susu, ikan, dan sayuran hijau.

Olahraga Secara Teratur
Aktivitas seperti jalan kaki, yoga, atau latihan kekuatan sangat baik untuk tulang.

Hindari Kebiasaan Buruk
Berhenti merokok dan batasi konsumsi alkohol.

Pemeriksaan Bone Mineral Densitometry (BMD)
Salah satu cara terbaik untuk mencegah patah tulang akibat osteoporosis adalah melalui deteksi dini menggunakan pemeriksaan Bone Mineral Densitometry (BMD). 

“BMD adalah alat penting dalam diagnosis osteopenia (mulai melemahnya tulang) dan osteoporosis. Dengan hasil yang akurat, kami dapat menentukan langkah pencegahan atau pengobatan yang sesuai untuk menjaga kesehatan tulang pasien,” jelasnya.

“Pemeriksaan ini menggunakan teknologi DXA (Dual-energy X-ray Absorptiometry) untuk mengukur kepadatan mineral tulang dan mengidentifikasi risiko osteoporosis bahkan sebelum terjadi patah tulang hingga 10 tahun ke ke depan,” imbuhnya. 

Pemeriksaan BMD bermanfaat antara lain untuk deteksi dini osteoporosis dan risiko fraktur atau patah tulang, pemantauan pengobatan, pencegahan patah tulang, skrining kekuatan tulang sebelum melakukan tindakan dan pengecekan komposisi tubuh secara menyeluruh.

“Pemeriksaan BMD disarankan bagi beberapa kelompok individu. Kelompok tersebut meliputi wanita berusia 65 tahun ke atas, pria berusia 70 tahun ke atas, serta wanita menopause yang memiliki faktor risiko osteoporosis. Selain itu, individu yang pernah mengalami patah tulang tanpa sebab yang jelas dan mereka yang mengonsumsi obat-obatan tertentu yang dapat melemahkan tulang juga dianjurkan untuk menjalani pemeriksaan BMD,” paparnya.

“Kami menyediakan layanan komprehensif untuk kesehatan tulang, mulai dari pencegahan hingga pengobatan, didukung oleh teknologi terkini seperti Bone Mineral Densitometry. Teknologi ini mampu mengukur berbagai aspek, termasuk Total Body Composition, kepadatan tulang, kondisi tulang secara menyeluruh, hingga risiko fraktur dalam 10 tahun mendatang. Semua ini dilengkapi dengan dukungan dari tim medis yang berpengalaman,” sambung dr. Pitono, Direktur Bethsaida Hospital Gading Serpong, Tangerang.

Halaman Selanjutnya

Konsumsi Makanan BergiziPerbanyak konsumsi makanan kaya kalsium seperti susu, ikan, dan sayuran hijau.

Halaman Selanjutnya

Read Entire Article
Sindikasi | Jateng | Apps |