Washington, VIVA - Federal Reserve Amerika Serikat (AS) alias The Fed mengumumkan tidak mengubah suku bunga acuan. Setelah pertemuan pada Rabu, 7 Mei 2025, The Fed menyampaikan masih mencermati arah kebijakan perdagangan Presiden AS Donald Trump dan menilai dampaknya terhadap ekonomi yang sedang lesu.
Keputusan tersebut sudah diprediksi banyak pihak sehingga tidak mengangetkan para pelaku pasar. Saat ini, suku bunga pinjaman acuan berada di level 4,25 persen sampai 4,5 persen yang berlaku sejak Desember 2024.
Dalam keterangan tertulis, The Fed menyampaikan keputusan diambil mengingat gelombang ketidakpastian yang melanda lanskap politik dan ekonomi. Pertemuan juga mengamati volatilitas pasar seiring kekhawatiran akan ketidakpastian prospek ekonomi semakin meningkat.
"The Fed memperhatikan risiko bagi kedua belah pihak dalam mandat gandanya dan menilai bahwa risiko pengangguran yang lebih tinggi dan inflasi yang lebih tinggi telah meningkat," demikian penjelasan The Fed dikutip dari CNBC Internasional pada Kamis, 8 Mei 2025.
Ilustrasi berinvestasi.
Photo :
- http://pakar-investasi.blogspot.com/
Kepala Kebijakan Global dan Strategi di Evercore ISI, Krishna Guha, menyinggung pernyataan Federal Open Market Committee (FOMC) pada bulan Mei yang memperingatkan guncangan perdagangan besar masih akan menghantam ekonomi. Hal ini sangat mungkin terjadi meskipun ada upaya dari Trump untuk meredakan ketegangan global.
"The Fed melihat risiko ke depan sebagai dua sisi dan tidak memberikan kecenderungan dovish awal yang mendukung pemotongan suku bunga pada bulan Juni. Implikasi bersihnya untuk aset berisiko bersifat negatif," jelas Guha.
Pernyataan tarif impor yang berpotensi memperparah inflasi sekaligus memperlambat pertumbuhan ekonomi mirip dengan kemungkinan skenario stagflasi yang terakhir terjadi di AS pada awal tahun 1980-an. Mayoritas stakeholder sepakat bahwa bank sentral berada dalam posisi yang baik.
Oleh karena itu, menahan suku buka jadi pilihan bijak di tengah perekonomian yang secara umum baik dan sedikit bersabar ketika mengkalibrasi kebijakan moneter.
"Perekonomian sendiri masih dalam kondisi solid,” tegas Ketua The Fed Jerome Powell.
Inflasi telah menurun dan mendekati target Fed sebesar 2 persen namun tarif diperkirakan akan mengakibatkan kenaikan harga setidaknya satu kali. Trump sempat memaksa The Fed untuk memangkas suku bunga karena inflasi telah mereda.
Inflasi utama AS sebesar 2,3 persen sementara inflasi inti yang tidak termasuk makanan dan energi di level 2,6 persen. Akan tetapi, sebagaimana halnya semua aspek ekonomi, semuanya tergantung pada apa yang terjadi dengan tarif.
Halaman Selanjutnya
Pernyataan tarif impor yang berpotensi memperparah inflasi sekaligus memperlambat pertumbuhan ekonomi mirip dengan kemungkinan skenario stagflasi yang terakhir terjadi di AS pada awal tahun 1980-an. Mayoritas stakeholder sepakat bahwa bank sentral berada dalam posisi yang baik.