Jumat, 23 Mei 2025 - 15:08 WIB
London, VIVA – Musim 2024/25 resmi jadi musim paling "nggak masuk akal" dalam sejarah sepak bola London. Tottenham Hotspur yang terseok-seok di Premier League—bahkan sempat terancam degradasi dengan finis di peringkat 17—malah sukses bikin sejarah: juara Liga Europa!
Sementara di sisi lain, Arsenal yang konsisten di papan atas dan finis runner-up Premier League... justru nihil trofi dan kena bully habis-habisan.
Spurs: Dari Neraka Premier League ke Surga Eropa
Tottenham menjalani musim domestik yang bisa dibilang bencana. Cedera pemain, performa inkonsisten, dan tekanan suporter bikin mereka terdampar di posisi ke-17. Tapi bak dongeng klasik sepak bola, mereka menemukan nyala api di panggung Eropa.
Son Heung-min juara Liga Europa 2024/25
Photo :
- AP Photo/Manu Fernandez
Di bawah arahan manajer baru yang berani, dan dipimpin kapten Son Heung-min, Spurs menapaki Liga Europa dengan mentalitas berbeda. Setelah menyingkirkan lawan-lawan kuat seperti Eintracht Frankfurt dan Bodo/Glimt, mereka mencapai final di Bilbao. Lawannya? Rival Inggris sendiri: Manchester United.
Spurs tampil tenang dan klinis. Gol Brennan Johnson di babak kedua mengunci kemenangan 1-0. Akhirnya! Setelah lebih dari satu dekade paceklik trofi, Tottenham Hotspur resmi mengangkat gelar Eropa pertamanya.
Arsenal: Indah di Statistik, Kosong di Lemari Trofi
Sementara itu di sisi merah London, Arsenal kembali jadi bahan candaan. Mereka nyaris menjuarai Premier League, tapi sekali harus mengakui keperkasaan Liverpool. Di Liga Champions? Mental mereka rontok di babak semifinal. Di FA Cup dan Piala Liga? Gugur lebih awal.
Paris Saint-Germain vs Arsenal di Liga Champions
Photo :
- AP Photo/Thibault Camus
Finis peringkat 2 Premier League memang prestasi... kalau kamu fans netral. Tapi buat suporter Arsenal, yang sudah “percaya proyek Arteta” selama bertahun-tahun, musim ini berakhir dengan tagline tragis: “Main cantik, hasil nihil.”
Dan yang paling menyakitkan? Klub sekota yang hampir terdegradasi malah jadi juara Eropa. Klub sekota lainnya, Crystal Palace, juga meraih FA Cup pertamanya. London juara—semua, kecuali Arsenal.
Fans Arsenal: “Kita yang kerja, mereka yang pesta.”
Reaksi di media sosial tak terelakkan. Meme, video parodi, dan editan foto Son Heung-min mengangkat trofi sambil melirik sinis ke Emirates Stadium jadi viral.
Komentar netizen pedas:
“Spurs nyaris degradasi tapi bisa angkat trofi. Arsenal? Angkat tangan.”
“London biru? Udah basi. London sekarang putih dan... agak ungu.”
“Klub London yang juara: Tottenham, Palace. Klub London yang juara meme: Arsenal.”
Kesimpulan: Selamat, Tottenham. Sabar, Arsenal.
Musim 2024/25 akan dikenang sebagai musim "tak masuk akal", di mana logika sepak bola Inggris terbalik. Tottenham mungkin tak bersinar di liga, tapi mereka tahu kapan waktunya bersinar.
Dan kini, trofi Eropa sudah resmi mendarat di lemari yang sudah terlalu lama kosong.
Sementara Arsenal? Mungkin saatnya sadar: sepak bola bukan hanya soal filosofi, tapi soal trofi.
Halaman Selanjutnya
Arsenal: Indah di Statistik, Kosong di Lemari Trofi