Transplantasi Rambut Bisa Atasi Kebotakan, Ternyata Gak Perlu Dicukur

3 hours ago 1

Senin, 24 Februari 2025 - 13:27 WIB

Jakarta, VIVA – Kebotakan atau penipisan rambut yang dialami banyak orang membuat mereka memutuskan untuk melakukan transplantasi rambut. Tak sedikit public figure Tanah Air berbondong-bondong ke Turki untuk melakukan prosedur tersebut. Kabar baiknya, kini melakukan transplantasi rambut tak perlu jauh-jauh ke luar negeri.

Jika pada umumnya prosedur hair transplant dilakukan dengan cukur botak plontos atau cukur plontos di bagian belakang, kini sudah ada transplantasi rambut tanpa cukur, bahkan tersedia di Indonesia. Scroll untuk info lengkapnya, yuk!

Spesialis Dermatovenereologi & Estetika; Scalp & Hair Expert, Dr. Ivan Wong, Sp.DVE, S, menjelaskan, kebotakan adalah hal yang sangat umum terjadi, baik di pria maupun wanita. Kebotakan dapat menimbulkan kesan premature aging sehingga akan memberikan dampak yang signifikan pada penampilan dan kepercayaan diri seseorang. 

“Kebotakan pada dasarnya berhubungan erat dengan kondisi genetik, namun juga dipengaruhi antara lain oleh faktor lingkungan, stres dan kesehatan kulit kepala,” ungkap dr Ivan Wong yang berpraktik di Klinik Permata Wong, Jakarta Selatan, dikutip dari keterangannya, Senin 24 Februari 2025. 

Transplantasi rambut sendiri merupakan metode memindahkan folikel atau akar rambut dari area donor (umumnya berada di kepala bagian belakang) ke bagian yang botak (bisa di kepala bagian atas, bagian depan atau hairline, atau area lain seperti kumis, jenggot, jambang dan alis).

“Pada saat proses pemindahannya ini, di hampir semua tempat di seluruh dunia akan dilakukan pencukuran, minimal di area donor, sehingga tentunya akan memengaruhi penampilan. Dengan teknik tanpa cukur ini, tidak diperlukan pencukuran sama sekali pada area donor, sehingga setelah tindakan pasien dapat beraktivitas normal dengan lebih seamless,” jelasnya. 

Lalu, kapan seseorang harus melakukan transplantasi rambut?

“Ketika rambut sudah mulai menipis, bisa di area depan (hairline) ataupun tengah (crown atau ubun-ubun). Selain itu, bagi yang dahinya lebar, hairline bisa kita turunkan sehingga tampak lebih youthful. Bisa juga di daerah pitak yang karena luka. Atau, ingin membuat atau menebalkan alis dan jenggot (beard),” bebernya. 

Dr Ivan Wong melanjutkan, mayoritas pasien transplantasi rambut yang pernah dia tangani adalah penipisan rambut atau kebotakan, baik di daerah depan maupun tengah, baik pada pria maupun wanita.

“Beberapa kasus lain yang pernah kami tangani adalah penanaman janggut dan alis. Tingkat keberhasilan yang kami targetkan adalah 90-95 persen rambut yang ditanam akan tumbuh,” tuturnya.

Tya Ariestya dan suami.

Photo :

  • Instagram @tya_ariestya.

Suami Tya Ariestya, Irfan Ratinggang, merupakan salah satu public figure yang sudah pernah menjajal metode transplantasi rambut tanpa cukur di Klinik Permata Wong.

"Saya memilih metode tanam rambut tanpa cukur karena setelah treatment tidak ada bekas yang terlihat, sehingga saya bisa langsung beraktivitas seperti biasa. Pengalaman saya juga sangat nyaman, tindakan yang dilakukan tetap dalam batas wajar dan tanpa rasa sakit,” ungkapnya.

“Sekarang, saya merasa jauh lebih percaya diri karena rambut kecil mulai tumbuh menutupi area yang sebelumnya tipis, terutama di bagian depan yang kini tampak lebih maju dan natural. Saya sangat puas dengan hasilnya dan pasti akan merekomendasikan treatment ini kepada teman-teman yang memiliki masalah serupa,” sambung Irfan.

“Di Klinik Permata Wong, kami tidak hanya bertindak sebagai ‘tukang tanam rambut’ tapi juga memerhatikan banyak aspek lain, seperti asesmen awal untuk menentukan design hairline dan perawatan pasca tindakan supaya hasil tanam rambut bisa tetap optimal dalam jangka panjang,” pungkas Dr Ivan Wong.

Halaman Selanjutnya

Lalu, kapan seseorang harus melakukan transplantasi rambut?

Halaman Selanjutnya

Read Entire Article
Sindikasi | Jateng | Apps |