Viral Cerita Wanita Alami Tumor Otak, Diduga Lantaran Efek Panjang KB

1 week ago 6

Jumat, 11 April 2025 - 10:06 WIB

VIVA – Wanita asal Pemalang Jawa Tengah bernama Mirna Yulianti mendadak jadi sorotan pengguna media social usai mengeluhkan rasa sakit kepala yang tak kunjung membaik.

Berdasarkan cerita yang dibagikannya di media social dan diunggah ulang akun @nyinyir_update_official sakit kepala yang dialaminya itu lantaran tumor otak.

Dari keterangan dokter yang menanganinya kala itu, kemungkinan tumor itu lantaran efek jangka Panjang dari penggunaan KBYuk lanjut scroll artikel selengkapnya berikut ini.

"KB... ternyata efek jangka Panjang bisa kena tumor otak juga kata dokternya dan sekarang divonis tumor otak ga boleh KB jenis apapun kecuali IUD," tulis dia.

Lantas bagaimana insiden yang dialami wanita asal Pemalang ini jika ditelisik dari sisi Kesehatan? Benarkah penggunaan KB bisa memicu masalah kesehatan yang serius?

Keluarga Berencana (KB).

Photo :

  • tentangkb.wordpress.com

Terkait hal itu, spesialis obstetric ginekologi RSUD dr. Soetomo-RS Universitas Airlangga Surabaya dan Dosen Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga, Dr.dr.  Manggala Pasca Wardhana, SpOG, Subsp.KFm angkat bicara. 

“Memang beberapa studi terbaru memang menunjukkan adanya hubungan antara tumor otak (yang tidak ganas) dengan penggunaan KB hormonal terutama KB hormonal jangka panjang yang mengandung progesteron (contoh suntik 3
bulan). Penggunaan lebih dari 1 tahun dapat meningkatkan risiko meningioma (salah satu tumor otak) hingga 5 kali lipat lebih tinggi,”
kata dia saat dihubungi VIVA.co.id pada Kamis malam 10 April 2025.

Namun demikian, kata dia meskipun terlihat seperti meningkatkan risiko sangat tinggi, perlu dipahami bahwa risiko terjadinya meningioma itu sangat jarang dan meskipun terjadi peningkatan 5 kali tetap jumlahnya sedikit.

"Sebagai contoh: 40 dari 10,000 wanita mungkin akan terkena meningioma dalam hidupnya (0.4%). Peningkatan 5x lipat akan meningkatkan kejadian hingga 200 dari 100,000 wanita," kata dia.

Manggala juga menjelaskan bahwa pemahaman meningkatnya risiko ini tetap harus dipahami pasien dan keuntungan dari penggunaan kontrasepsi hormonal juga perlu dipertimbangkan.

Terlebih lagi terhadap pencegahan kehamilan maupun hubungannya dalam mencegah komplikasi akibat kehamilan dan persalinan, maupun keuntungan nonn kontrasepsi lainnya.

"Tentunya setiap individu memerlukan kontrasepsi yang berbeda-beda karena kondisi spesifik yang melekat didalamnya, konsultasikan dengan dokter anda. Jangan takut terhadap efek sampingnya karena dapat dikenali dan diantisipasi,
sebaliknya mari kita fokus untuk family planningnya terlebih dahulu yaitu mencegah kehamilan yang tidak direncanakan. Jadi jangan takut untuk melakukan family planning / keluarga berencana dan berkontrasepsi,"
kata dia.

Manggala juga merinci beberapa manfaat dari kontrasepsi jenis hormonal dan lebih spesifik lagi menggunakan suntik sebagai salah satu upaya family planning.

Secara umum kata Manggala risiko kehamilan dalam satu tahun pada pasangan yang tidak menggunakan kontrasepsi sebesar 85 persen. Sedangkan dengan KB suntik hormonal kemungkinan kehamilan bisa menurun 4-7 persen per tahun.

KB suntik hormonal ada yang berisi satu hormon saja (progestin only) yang dikenal dengan suntik 3 bulanan dan yang berisi kombinasi (estrogen dan progesteron) yaitu suntik 1 bulanan.

Ilustrasi pil KB

Photo :

  • https://www.thehealthsite.com

Beberapa ini keuntungan nonkotraseptif dari kontrasepsi hormonal:

  • Berkurangnya dismenore (nyeri haid)
  • Penekanan endometriosis
  • Penurunan jumlah haid (yang terkadang orang awam menilainya sebagai kandungan jadi ‘kering’, padahal ini adalah mekanisme yang wajar karena penekanan hormonal)
  • Perdarahan haid yang berlebihan
  • Proteksi terhadap kehamilan ektopik
  • Penuruanan risiko penyakit pada payudara yang jinak, kista ovarium, kanker endometrium, kanker ovarium, kanker kolorektal dan anemia defisiensi besi

Beberapa potensi kerugian dan efek samping dari kontrasepsi hormonal yang secara teoritis jarang terjadi antara lain:

  • Mual, nyeri payudara, nyeri kepala.
  • Peningkatan berat badan, meskipun studi yang meneliti hubungan ini hasilnya inkonsisten.
  • Perubahan pola haid (mulai dari haid berkurang hingga tidak haid sama sekali akibat penekanan hormonal, yang di satu sisi hal ini adalah keuntungan nonkontraseptif seperti yang ditunjukkan sebelumnya).
  • Lama kembalinya fertilitas terutama pada injeksi suntik 3 bulanan yang bisa mencapai 1 tahun.
  • Peningkatan kecil risiko penurunan masa tulang pada injeksi 3 bulanan dan peningkatan tromboemboli pada injeksi 1 bulanan

Sementara itu, beberapa kontraindikasi penggunaan kontrasepsi hormonal yang perlu diketahui:

  • Adanya gangguan liver seperti sirosis atau kanker liver
  • Gangguan perdarahan haid yang belum diketahui penyebabnya
  • Kecurigaan atau riwayat kanker payudara
  • Gangguan autoimun
  • Pada penggunaan hormonal kombinasi secara spesifik dikontraindikasikan pada kondisi: migraine dengan aura, hipertensi, risiko tromboemboli yang tinggi.

Halaman Selanjutnya

“Memang beberapa studi terbaru memang menunjukkan adanya hubungan antara tumor otak (yang tidak ganas) dengan penggunaan KB hormonal terutama KB hormonal jangka panjang yang mengandung progesteron (contoh suntik 3bulan). Penggunaan lebih dari 1 tahun dapat meningkatkan risiko meningioma (salah satu tumor otak) hingga 5 kali lipat lebih tinggi,” kata dia saat dihubungi VIVA.co.id pada Kamis malam 10 April 2025.

Halaman Selanjutnya

Read Entire Article
Sindikasi | Jateng | Apps |