Jakarta, VIVA – Setiap orang tua tentu ingin anaknya tumbuh menjadi pribadi yang cerdas, kreatif, dan mampu berpikir kritis. Namun, tidak semua tahu bahwa membentuk kecerdasan anak dimulai sejak dini, bahkan dari kebiasaan sehari-hari yang tampak sederhana.
Lisa Feldman Barrett, seorang ahli saraf dan psikologi dari Harvard University, membagikan lima cara praktis yang dapat dilakukan orang tua untuk membantu mengoptimalkan perkembangan otak anak sejak usia dini.
Menurut Barrett, otak anak berkembang sangat pesat dalam lima tahun pertama kehidupannya. Periode ini menjadi momen emas untuk menanamkan kebiasaan baik dan membangun pondasi kecerdasan jangka panjang.
Tidak perlu metode yang rumit atau mahal, cukup dengan interaksi hangat dan pola asuh yang responsif, anak bisa tumbuh menjadi pribadi yang cerdas secara emosional maupun intelektual.
1. Jangan Paksa Minat Anak
Ilustrasi Anak-anak Coret Tembok
Banyak orang tua tergoda untuk “mengatur” jalan hidup anak sejak kecil. Padahal, memaksa anak untuk menyukai sesuatu yang tidak mereka minati justru bisa menghambat perkembangan kognitif dan emosional mereka.
Menurut Barrett, otak anak berkembang optimal saat mereka merasa aman, didukung, dan bebas mengekspresikan minat mereka sendiri.
Mendorong anak untuk mengeksplorasi beragam aktivitas tanpa paksaan akan membangun rasa ingin tahu dan percaya diri.
Orang tua bisa berperan sebagai fasilitator, bukan sutradara. Misalnya, jika anak tertarik menggambar, beri mereka waktu dan alat untuk melakukannya, bukan memaksa mereka ikut les matematika hanya karena tren. Anak yang merasa dihargai minatnya akan lebih mudah berkembang secara alami.
2. Ajari Anak Beragam Kosakata
Ilustrasi melatih anak belajar berbicara
Photo :
- freepik.com/freepik
Salah satu kunci kecerdasan anak terletak pada kemampuan berbahasa. Menurut penelitian Barrett, anak yang sering terpapar kosakata beragam sejak dini memiliki kemampuan berpikir abstrak dan logis yang lebih baik saat tumbuh dewasa. Hal ini karena bahasa menjadi alat utama untuk memahami dan mengatur dunia di sekitar mereka.
Orang tua bisa mulai dengan membacakan buku, menceritakan kegiatan sehari-hari, atau memberi nama pada perasaan dan objek di sekitar anak.
Semakin banyak kata yang mereka dengar dan pahami, semakin kaya struktur mental mereka dalam memproses informasi. Jadi, jangan ragu menggunakan kata-kata “dewasa” atau istilah baru selama konteksnya dijelaskan dengan sederhana.
3. Ajak Anak Berdiskusi
Ilustrasi Mainan Edukasi Anak
Jangan remehkan kemampuan anak untuk berdialog. Ajak anak berdiskusi, walaupun usia mereka masih sangat muda. Lisa Feldman Barrett menekankan bahwa anak-anak yang terbiasa berdiskusi dengan orang tua memiliki kemampuan berpikir kritis dan empati yang lebih tinggi. Diskusi membantu anak belajar mengolah pendapat, menyampaikan ide, dan menerima perspektif orang lain.
Diskusi tidak harus soal topik berat. Cukup tanyakan pendapat anak soal makanan favorit, warna kesukaan, atau perasaan mereka setelah bermain. Beri ruang bagi mereka untuk menjawab dan berekspresi. Yang penting, orang tua hadir sebagai pendengar aktif, bukan sekadar pemberi nasihat.
4. Ajak Anak Meniru Orang Tua
ilustrasi memasak dengan anak
Photo :
- freepik.com/pvproductions
Anak adalah peniru ulung. Apa yang mereka lihat dari orang tuanya akan dengan mudah mereka tiru, baik itu perkataan, sikap, hingga cara menghadapi masalah.
Barrett menyebut bahwa proses “observational learning” atau belajar melalui pengamatan adalah salah satu fondasi kecerdasan anak. Jadi, orang tua perlu berhati-hati dalam bertindak di depan anak.
Jika orang tua menunjukkan kebiasaan membaca buku, bekerja dengan penuh semangat, atau berbicara dengan sopan, anak akan cenderung meniru hal-hal positif tersebut. Sebaliknya, jika orang tua mudah marah, sering berteriak, atau tidak konsisten, anak pun bisa mengikuti pola negatif ini.
Dengan menjadi role model yang baik, orang tua secara tidak langsung menanamkan nilai-nilai kecerdasan emosional dan sosial pada anak.
5. Kenalkan Anak ke Lingkungan Sekitar
ilustrasi berbicara dengan anak
Photo :
- freepik.com/freepik
Otak anak akan berkembang lebih pesat jika mereka terbiasa berinteraksi dengan lingkungan yang beragam. Bukan hanya lingkungan fisik, tetapi juga sosial.
Barrett menjelaskan bahwa mengenalkan anak pada berbagai situasi, tempat, dan orang sejak dini bisa merangsang koneksi saraf yang memperkaya pemahaman mereka tentang dunia.
Ajak anak berjalan-jalan ke pasar, taman, atau berkunjung ke rumah saudara. Perkenalkan mereka pada berbagai suara, bau, tekstur, hingga interaksi sosial yang berbeda.
Anak yang terbiasa berada di lingkungan dinamis cenderung lebih fleksibel, adaptif, dan mudah belajar hal baru. Selain itu, pengalaman nyata ini jauh lebih bermakna dibanding hanya belajar dari layar atau buku saja.
Membesarkan anak cerdas bukan soal membelikan mainan edukatif mahal atau mengikutsertakan mereka dalam segudang kursus. Justru, menurut Lisa Feldman Barrett, hal-hal sederhana seperti berkomunikasi, memberi ruang eksplorasi, dan menciptakan lingkungan yang suportif adalah kunci utamanya.
Dengan konsistensi dan perhatian, kamu tidak hanya membantu anak menjadi pintar, tetapi juga tumbuh menjadi manusia yang utuh, berpikir tajam, berperasaan hangat, dan siap menghadapi dunia.
Halaman Selanjutnya
Menurut Barrett, otak anak berkembang optimal saat mereka merasa aman, didukung, dan bebas mengekspresikan minat mereka sendiri.