Bukan Penyakit Keturunan Apalagi Kutukan, Kusta Bisa Disembuhkan

6 hours ago 1

Jumat, 28 Februari 2025 - 19:00 WIB

VIVA – Penyakit kusta sering kali disalahartikan sebagai penyakit keturunan, padahal sebenarnya disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium leprae. Mitos ini berkembang karena kasus kusta sering ditemukan dalam satu keluarga, padahal penularannya terjadi akibat kontak berkepanjangan dengan penderita yang belum diobati, bukan melalui faktor genetik. 

Selain itu, penyakit kusta juga sering dianggap sebagai kutukan atau hukuman atas perbuatan buruk dalam beberapa budaya. Yuk lanjut scroll artikel selengkapnya berikut ini.

Mitos ini muncul karena gejalanya yang terlihat jelas, seperti bercak kulit dan deformitas fisik, yang dianggap sebagai tanda kutukan.

Anggapan keliru ini menyebabkan stigma sosial yang kuat, membuat penderita dan keluarganya sering mengalami diskriminasi. Edukasi yang tepat sangat diperlukan untuk menghilangkan kesalahpahaman ini dan mendorong deteksi serta pengobatan dini yang efektif.

"Lamanya kontak itu bisa menyebabkan. Misalnya si bapak atau ibu sakit, anaknya ikut sakit atau keponakannya ikut sakit. Jadi itu yang dianggap orang penyakit keturunan karena anaknya juga sakit. Padahal bukan, karena kontaknya lama dan erat," jelas Dewan Pembina NLR Indonesia, Prof. Dr. dr. Sri Linuwih Menaldi, Sp.D.V.E, Subsp.D.T, FINSDV, FAADV dalam acara media gathering bersama Netherlands Leprosy Relief (NLR) di Jakarta, Kamis 27 Februari 2025.

Tidak sedikit juga masyarakat yang beranggapan bahwa penyakit kusta tidak dapat disembuhkan.

Padahal, Kementerian Kesehatan RI menegaskan bahwa kusta dapat disembuhkan sepenuhnya jika dideteksi dan diobati sejak dini dengan Multi Drug Therapy (MDT) yang tersedia gratis di Puskesmas.

Ilustrasi penderita kusta.

Photo :

  • Pixabay/Tusita Studio

Pengobatan berlangsung 6 bulan untuk tipe Pausi Basiler (PB) dan 12 bulan untuk tipe Multi Basiler (MB). Kepatuhan dalam pengobatan sangat penting untuk memastikan kesembuhan dan mencegah penularan.

Kemenkes juga mengimbau masyarakat untuk segera memeriksakan diri jika muncul gejala awal dan mengedukasi pentingnya dukungan keluarga untuk mengurangi stigma.

"Yang tidak dapat disembuhkan adalah sisanya, bekasnya. Jadi kalau sudah terlanjur tangannya mengalami disabilitas, mengalami kecacatan, ya akan terus jadi begitu. Atau mati rasa di telapak tangan, kaki, atau bagian tubuh lainnya. Walau sudah menyelesaikan pengobatan, belum tentu mati rasanya kembali," katanya. 

Halaman Selanjutnya

Padahal, Kementerian Kesehatan RI menegaskan bahwa kusta dapat disembuhkan sepenuhnya jika dideteksi dan diobati sejak dini dengan Multi Drug Therapy (MDT) yang tersedia gratis di Puskesmas.

Halaman Selanjutnya

Read Entire Article
Sindikasi | Jateng | Apps |