Busi Mahal Bikin Motor Kencang dan Irit Bensin: Fakta atau Mitos

5 hours ago 2

Jakarta, VIVA – Pernah dengar anggapan bahwa mengganti busi motor standar dengan busi aftermarket yang harganya lebih mahal bisa bikin konsumsi bensin lebih hemat? Mitos ini sering jadi perbincangan di kalangan pengendara motor, terutama mereka yang ingin mengoptimalkan performa kendaraan sekaligus menghemat pengeluaran bahan bakar. Tapi, benarkah klaim ini? Yuk, kita bedah faktanya!

Apa Itu Busi Aftermarket?

Dari penelusuran VIVA Otomotif, Minggu 25 Mei 2025, busi aftermarket adalah busi yang diproduksi oleh merek pihak ketiga, bukan busi bawaan dari pabrikan motor (OEM). Busi ini sering diklaim punya keunggulan seperti performa lebih baik, umur lebih panjang, atau bahkan bikin mesin lebih irit. Contohnya, busi iridium atau platinum sering dipromosikan karena materialnya yang lebih tahan lama dibandingkan busi nikel standar.

Namun, apakah busi aftermarket benar-benar bisa menghemat bensin? Mari kita lihat dari sisi teknis dan praktis.

Cara Kerja Busi dan Kaitannya dengan Konsumsi Bensin

Busi berperan penting dalam proses pembakaran di mesin motor. Busi menghasilkan percikan api untuk membakar campuran udara dan bahan bakar di ruang bakar. Jika pembakaran lebih efisien, teori mengatakan konsumsi bensin bisa lebih hemat karena bahan bakar terbakar lebih sempurna.

Busi aftermarket, terutama yang berbahan iridium atau platinum, diklaim punya percikan api yang lebih kuat dan stabil. Ini bisa menghasilkan pembakaran yang lebih optimal. Tapi, seberapa besar dampaknya pada efisiensi bahan bakar?

Fakta vs. Mitos

1. Fakta: Busi Aftermarket Bisa Meningkatkan Efisiensi Pembakaran

Busi iridium atau platinum memang punya elektroda yang lebih kecil dan tahan panas, sehingga percikan apinya lebih fokus. Dalam kondisi ideal, ini bisa membuat pembakaran lebih efisien, terutama pada motor dengan mesin yang sudah tua atau busi standar yang mulai aus. Penghematan bensin biasanya terasa jika busi lama sudah tidak optimal.

Namun, pada motor dengan kondisi mesin yang masih baik dan busi OEM yang sesuai spesifikasi, perubahan efisiensi biasanya sangat kecil—bahkan hampir tidak terasa.

2. Mitos: Ganti Busi Aftermarket Selalu Hemat Bensin

Banyak yang percaya bahwa mengganti busi dengan yang lebih mahal otomatis bikin motor irit. Faktanya, efisiensi bahan bakar dipengaruhi banyak faktor, seperti gaya berkendara, kondisi jalan, tekanan ban, dan perawatan mesin secara keseluruhan. Busi aftermarket tidak akan memberikan dampak signifikan jika faktor lain tidak dioptimalkan.

Misalnya, jika karburator atau injeksi bahan bakar tidak disetel dengan baik, atau filter udara kotor, busi aftermarket tidak akan banyak membantu.

3. Fakta: Tidak Semua Busi Aftermarket Cocok untuk Motor Anda

Setiap motor punya spesifikasi busi yang direkomendasikan oleh pabrikan, seperti kode panas (heat range). Memilih busi aftermarket dengan spesifikasi yang salah justru bisa bikin mesin overheat atau malah boros bensin karena pembakaran tidak optimal.

Kapan Busi Aftermarket Layak Dicoba?

Ganti busi aftermarket bisa jadi pilihan jika:

1. Busi standar sudah aus (biasanya setelah 10.000–20.000 km, tergantung jenis busi).
2. Anda ingin performa mesin lebih responsif, terutama untuk motor yang sering digunakan di kondisi ekstrem (misalnya, touring jarak jauh).
3. Motor Anda sudah dimodifikasi (misalnya, bore-up atau knalpot racing), sehingga membutuhkan busi dengan performa lebih tinggi.

Namun, jangan berharap penghematan bensin yang drastis. Berdasarkan pengujian di berbagai forum otomotif, penghematan bensin dari busi aftermarket biasanya hanya sekitar 1–5%, tergantung kondisi motor dan cara berkendara.

Halaman Selanjutnya

Fakta vs. Mitos

Halaman Selanjutnya

Read Entire Article
Sindikasi | Jateng | Apps |