Jakarta, VIVA – Di tengah ketidakpastian global akibat perang dagang dan ancaman krisis ekonomi yang melanda di berbagai negara, gaya hidup hemat atau frugal living, semakin menjadi pilihan banyak orang. Bukan hanya karena tuntutan finansial, tetapi juga karena perubahan cara pandang terhadap pengelolaan uang.
Hal ini terungkap dalam sebuah survei terbaru di Amerika Serikat, yang mengungkapkan bahwa masyarakat kini lebih menerima dan terbuka soal keuangan pribadi.
Menurut survei yang dilakukan oleh Talker Research atas nama aplikasi perbankan Chime, 61 persen responden menyatakan bahwa menjadi pribadi yang hemat kini tidak lagi dianggap memalukan seperti sepuluh tahun lalu. Mereka menilai, frugal living adalah sikap bijak dalam mengatur keuangan.
Misalnya, 46 persen responden sudah mulai berhati-hati saat belanja, dan 43 persen menghindari pengeluaran tak perlu. Lalu, sebanyak 23 persen juga berpendapat bahwa gaya hidup ini bukan sebagai sinonim dari sifat pelit.
Ilustrasi menyisihakan uang untuk menabung dan dana darurat
Photo :
- freepik.com/freepik
Sebanyak 72 persen responden juga sepakat bahwa bersikap jujur dan terbuka mengenai kondisi keuangan pribadi, seperti hidup dalam anggaran terbatas, kini lebih dapat diterima secara sosial. Bahkan, banyak dari mereka yang menjadi lebih kreatif dalam menghemat pengeluaran.
Survei ini juga menunjukkan bahwa makna kemajuan finansial berbeda-beda antar generasi. Bagi 32 persen Gen Z, indikator kemajuan finansial adalah bisa membeli apa pun di toko tanpa khawatir. Sedangkan bagi 31 persen milenial, itu berarti mampu mengembangkan uang yang sudah dimiliki.
Generasi yang lebih tua, lebih melihatnya dari sisi kestabilan, seperti memiliki sisa uang setelah bayar tagihan atau mampu menabung. Menariknya, 43 persen responden mengaku kondisi keuangan mereka saat ini lebih baik dibandingkan lima tahun lalu, sementara 29 persen merasa sebaliknya.
Sebesar 55 persen responden Gen Z paling optimistis dan merasa lebih baik secara finansial, sedangkan 38 persen baby boomer justru merasa lebih buruk. Namun, membicarakan uang masih terasa tabu bagi sebagian orang.
Bahkan, menurut survei ini, warga AS lebih nyaman berbincang soal pilihan politik (26 persen), masalah kesehatan (19 persen), atau kebiasaan mandi (18 persen) ketimbang membicarakan saldo rekening. Sebanyak 14 persen Gen X dan 9 persen baby boomer mengaku lebih nyaman membicarakan anak orang lain daripada mengungkap isi dompet mereka.
Topik utang juga masih menjadi hal sensitif. Satu dari lima orang lebih memilih membicarakan diet, pandangan agama, atau politik daripada soal utang mereka. Sebanyak 14 persen Gen Z dan 13 persen milenial bahkan lebih memilih membicarakan masalah pencernaan dibandingkan utang.
“Uang telah lama menjadi topik yang tabu, tapi hal itu sedang berubah. Semakin banyak orang menyadari bahwa percakapan terbuka soal anggaran, menabung, dan tantangan keuangan adalah kunci untuk membangun kepercayaan diri dan membuat keputusan yang tepat," kata Janelle Sallenave, Chief Spending Officer Chime, seperti dikutip dari NY Post, Rabu, 16 April 2025.
Walaupun generasi muda menganggap generasi tua terlalu tertutup soal uang, namun sebanyak 45 persen dari seluruh responden kini merasa lebih terbuka membahas keuangan dibandingkan lima tahun lalu. Mereka yang terbuka merasa mendapat saran keuangan yang lebih baik, tidak malu akan kesulitan mereka, dan menjadi lebih bijak dalam mengelola uang.
“Generasi muda mendorong transparansi soal uang, dan ini penting. Percakapan terbuka menghasilkan kebiasaan keuangan yang lebih baik dan keputusan yang lebih cerdas. Media sosial kini turut mendorong keterbukaan ini. Semakin kita berbicara, semakin banyak pelajaran yang bisa diambil bersama," ungkap Sallenave.
Halaman Selanjutnya
Sebesar 55 persen responden Gen Z paling optimistis dan merasa lebih baik secara finansial, sedangkan 38 persen baby boomer justru merasa lebih buruk. Namun, membicarakan uang masih terasa tabu bagi sebagian orang.