Jakarta, VIVA – PT Garuda Indonesia (Persero/GIAA) Tbk optimistis dapat menyelesaikan masalah keuangan, dampak pandemi COVID-19 dalam waktu cepat. Bahkan, maskapai pelat merah ini percaya diri meraup untung mulai tahun depan.
Direktur Utama (Dirut) Garuda Indonesia, Wamildan Tsani optimistis Garuda Indonesia mampu membalikkan keadaan dari maskapai penerbangan yang didera utang jumbo, menjadi perusahaan sehat yang meraup profit dan berkontribusi besar untuk negara.
"Akhir tahun 2026, Garuda Indonesia harus bisa mencetak profit. Ini sesuai arahan presiden bahwa Garuda Indonesia harus menjadi lebih besar, melayani rakyat dan dikenal di internasional," ujar Wamildan dikutip dari keterangannya, Selasa, 14 Oktober 2025.
Dia menjelaskan, Garuda Indonesia menguasai 30 persen pangsa pasar. Targetnya naik menjadi 50 persen dalam waktu cepat, dengan menambah armada.
"Target naik menjadi 50 persen dalam lima tahun ke depan, serta memastikan melayani rute-rute yang untung," kata Wamildan.
Menurutnya, jumlah pesawat Garuda Indonesia sebelum pandemi COVID-19, mencapai 140 unit. Namun kini tersisa 50 persen saja, atau 70 unit pesawat yang beroperasi. Karenanya, Garuda Indonesia dan Citilink, anak usaha Garuda Indonesia, perlu menambah armada hingga 120 unit. Tambahan pesawat sebanyak itu, bisa didapat dari sewa atau beli.
Direktur Utama Garuda Indonesia, Wamildan Tsani Pandjaitan (Dok. Istimewa)
Photo :
- VIVA.co.id/Rahmat Fatahillah Ilham
Lebih lanjut dia mengatakan, jika membeli, ada masalah dengan supply chain yang membuat pesawat pesanan baru rampung sekitar 6-7 tahun. Beda dengan sewa yang bisa lebih cepat. "Sedangkan kalau sewa ke lessor, lebih visible. Karena bisa lebih cepat. Itu menjadi salah satu opsi dari Garuda Indonesia untuk menambah armada," papar Wamildan.
Lalu dari mana dana untuk menambah 120 pesawat? Wamildan menyebut Danantara Indonesia sangat mensupport proses 'tinggal landas' Garuda Indonesia. Tahap awal, Danantara telah menggelontorkan dana pinjaman sebesar Rp6,6 triliun. Dana tersebut dialokasikan untuk perawatan atau maintenance pesawat.
"Alhamdulillah support dari presiden sangat besar, termasuk dukungan Danantara, lewat dua tahap. Pertama, berupa pinjaman. Sudah dilaksanakan sebesar Rp6,6 triliun untuk maintenance pesawat. Dananya sudah terserap," imbuhnya.
Tahap kedua, lanjut Wamildan, Danantara siap membenamkan modal ke Garuda Indonesia Group. Terkait angkanya, masih terus difinalisasi antara Garuda Indonesia dengan Danantara. "Targetnya, ekuitas Garuda Indonesia bisa positif di akhir tahun ini," tandasnya.
Halaman Selanjutnya
Selain memperkuat armada, lanjut Wamildan, perseroan terus meneguhkan komitmen terkait aspek keamanan dan keselamatan penerbangan. Itu semua tak bisa ditawar. Serta, kualitas layanan 'full service' yang memiliki standar tersendiri. Tidak boleh diturunkan.