Jakarta, VIVA – Proyek LNG Blok Masela merupakan salah satu investasi asing langsung terbesar di Indonesia, dengan nilai mencapai sekitar US$20,94 miliar atau sekitar Rp 345,51 triliun (asumsi kurs Rp 16.500 per dolar AS).
Proyek tersebut ditargetkan akan memulai operasinya pada akhir tahun 2029 hingga tahun 2055 mendatang. Proyek investasi di Blok Masela itu pun mendapat dukungan penuh dari masyarakat Tanimbar.
Hal itu sebagaimana yang disampaikan oleh Simon Batmomolin sebagai salah satu intelektual muda Tanimbar, yang mengatakan bahwa secara prinsip masyarakat Tanimbar sangat mendukung adanya investasi Blok Masela tersebut.
"Kami sangat mendukung adanya investasi Blok Masela, karena diharapkan mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah, menyerap tenaga kerja, dan menuntaskan kemiskinan akut di Tanimbar," kata Simon dalam keterangannya, Rabu, 15 Oktober 2025.
Jajaran petinggi Inpex Masela Ltd., dalam konferensi pers di kawasan Senayan, Jakarta Pusat, Rabu, 9 April 2025
Photo :
- VIVA.co.id/Mohammad Yudha Prasetya
"Namun, kami sangat menyayangkan beberapa kebijakan dari Inpex Masela yang sangat melukai hati masyarakat Tanimbar," ujarnya.
Dia menjelaskan, masyarakat Tanimbar sangat kecewa dengan kebijakan Inpex Masela, yang hanya memberi ganti rugi lahan warga sebesar Rp 14.000 per meter. Selain itu, Inpex Masela juga melanggar komitmen untuk menyerap tenaga kerja lokal, terutama pada fase konstruksi.
Ketika pembebasan 27 hektare (ha) lahan di Pulau Nustual, Desa Lermatang, untuk lokasi pelabuhan kilang, Inpex Masela hanya memberi harga Rp 14.000 per meter. Perkara tersebut sempat diguguat oleh warga di pengadilan negeri hingga berproses di Mahkama Agung, yang kemudian dimenangkan Inpex Masela.
"Sehingga harga tetap Rp14.000 per meter. Sangat jauh dari harapan dan aspirasi warga Lermatang. Harga itu bahkan tidak cukup untuk beli beras satu kilogram," ujarnya.
Sementara untuk fase berikutnya, Inpex membutuhkan 662 hektar untuk pembangunan kilang LNG, perkantoran, asrama pekerja, dan fasilitas penunjang lainnya. Sehingga, warga Lermatang mengharapkan harga pembebasan lahan sebesar Rp 350.000 per meter.
"Hal itu sesuai dengan hasil rapat warga Desa Lermatang, yang telah dituangkan dalam Peraturan Desa (Perdes) Nomor 3 Tahun 2023," ujarnya.
Sebagai informasi, Blok Masela diproyeksikan akan operasional pada akhir 2029 hingga tahun 2055, dan diklaim mampu memberikan pendapatan sebesar US$150 miliar atau Rp 2.543 triliun terhadap Produk Domestik Bruto Indonesia. Proyek tersebut diharapkan juga mampu menyerap tenaga kerja hingga sebanyak 12.600 orang pada fase konstruksi, dan 850 orang pada fase produksi.
Index Politica: 83,5% Masyarakat Puas dengan Kepemimpinan Prabowo
Hasil survei Index Politica mencatat sebanyak 83,5 persen masyarakat menyatakan puas terhadap kinerja pemerintahan Presiden RI Prabowo Subianto dalam satu tahun terakhir.
VIVA.co.id
15 Oktober 2025