Jakarta — Sejarah Senen Jaya tak lepas dari perjalanan panjang kawasan Senen sebagai salah satu pusat ekonomi tertua di Jakarta. Didirikan pada masa kolonial Belanda, kawasan ini awalnya berfungsi sebagai pasar tradisional yang buka setiap hari Senin—asal nama “Senen” itu sendiri. Seiring perkembangan kota, Senen tumbuh menjadi simpul perdagangan penting yang mempertemukan berbagai kalangan: pedagang, pekerja, hingga seniman yang mencari ruang ekspresi di tengah hiruk-pikuk ibu kota.
Pada dekade 1970-an hingga 1990-an, Senen Jaya menjadi pusat perbelanjaan modern yang populer di kalangan warga Jakarta. Ia menjadi simbol dinamika urban, tempat di mana budaya pop, perdagangan tradisional, dan interaksi sosial berpadu dalam satu ruang. Meski sempat mengalami kebakaran dan revitalisasi, kawasan ini tetap bertahan sebagai salah satu denyut nadi ekonomi rakyat Jakarta.
Kini, Senen Jaya tidak hanya dikenal sebagai kawasan niaga, tetapi juga sebagai ruang yang berupaya menjaga kesinambungan antara tradisi dan modernitas. Aktivitas dini hari di Sentra Kue Subuh menjadi saksi bagaimana tradisi kuliner lokal terus hidup di tengah modernisasi kota. Dari kue basah, jajanan pasar, hingga bahan dasar kue, semua berpadu menjadi mozaik ekonomi dan budaya yang khas.
Tahun 2025 ini, ada yang berbeda dari wajah Senen Jaya. Dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun ke-80 Republik Indonesia, kawasan ini menjadi tuan rumah Festival Kue Lapis Jakarta 2025, hasil kolaborasi antara Senen Jaya dan Rose Brand. Mengusung tema “Rasa Nusantara, Warna Indonesia”, festival ini menghadirkan kue lapis sebagai simbol keberagaman dan kebersamaan bangsa.
Menurut Annisa Nugraheni, Manajer Pemasaran Pusat Perbelanjaan Senen Jaya Blok 1 & 2, festival ini diharapkan menjadi wadah pelestarian kuliner Nusantara. “Kue lapis adalah simbol manisnya persatuan. Melalui festival ini, kami ingin mengingatkan masyarakat bahwa keberagaman adalah kekuatan fundamental bangsa,” ujarnya, dikutip dari keterangan resmi, Rabu 15 Oktober 2025.
Sementara itu, Michael Setiaputra, Manajer Pemasaran PT Sungai Budi (Rose Brand), menilai kegiatan ini menjadi momentum penting dalam menjaga tradisi kuliner. “Festival ini bertepatan dengan HUT RI ke-80, menjadi ajang refleksi akan nilai kebersamaan yang terwujud dalam keberagaman,” katanya.
Halaman Selanjutnya
Festival ini juga menampilkan dua kompetisi utama—Lomba Membuat Kue Lapis dan Lomba Kostum Tradisional Nusantara—dengan total hadiah Rp15 juta. Kegiatan tersebut memadukan kreativitas, kuliner, dan budaya dalam suasana kebersamaan.