Jumat Agung di Manggarai: Wajib Hening Tak Ada bunyi Musik dan Kendaraan Pagi hingga Petang

4 days ago 7

Selasa, 15 April 2025 - 13:35 WIB

Manggarai, VIVA – Silentium magnum atau keheningan agung, merupakan kondisi dasar dalam perayaan Jumat Agung agar makna penderitaan dan kesengsaraan Yesus Kristus lebih dihayati. Jumat Agung adalah hari peringatan wafatnya Yesus Kristus di kayu salib.

Demi mendukung kesakralan silentium tersebut, maka pada hari Jumat, 18 April 2025, umat Katolik maupun warga Kota Ruteng dan sekitarnya, untuk menjadikan Jumat Agung hening dimulai pukul 06.00-18.00 WITA.

Beberapa imbauan terkait itu telah diumumkan di setiap Gereja, bahkan di seluruh paroki dalam wilayah dioses Keuskupan Ruteng, yang terdiri dari dua kabupaten yakni Manggarai dan Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur, NTT.

Di beberapa ruas jalan di Ruteng misalnya, dipasang baliho berisi imbauan untuk  tidak melakukan perjalanan dengan kendaraan sepanjang hari Jumat Agung, kecuali kebutuhan darurat.

Selain itu, masyarakat diminta untuk mematuhi aturan tidak membuka toko, kios, pasar, warung makan dan membunyikan musik mulai pukul 06.00-18.00 WITA. Bahkan seluruh SPBU ditutup pada hari tersebut.

Sarung Adat dan Baju Merah

Karena Jumat Agung diawali tablo atau drama penyaliban Yesus Kristus, maka titik kumpul prosesi jalan salib dimulai dari Natas Labar Motang Rua pukul 06.30 wita (umat hadir sebelum itu), menuju paroki masing-masing menggunakan busana adat dan berbaju merah.

“Menjadikan Jumat Agung hening sebagai tradisi tahunan di wilayah Kota Ruteng dan Paroki-Paroki di Keuskupan Ruteng,” ujar Rikardus Madu, panitia Paskah 2025, dihubungi Selasa, 15 April 2025.

Disampaikan Rikardus, selain ditandatangani Uskup Ruteng, Mgr. Siprianus Hormat, surat imbauan silentium magnum tersebut ditandatangani pula oleh 7 pastor paroki dalam Kota Ruteng, Bupati Manggarai, Heribertus Nabit, Kapolres Manggarai, AKBP Hendry Syaputra, Dandim 1612 Manggarai, Letkol Inf Budiman Manurung, juga Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB).

“Sudah menjadi tradisi dalam Gereja Katolik bahwa pada hari Jumat Agung, umat diwajibkan untuk berpuasa yang dijelaskan makan kenyang sekali tanpa daging, tidak membunyikan musik, di Gereja tidak membunyikan lonceng,” kata Rikardus.

Sementara misa Jumat Agung, dilaksanakan secara serempak pada jam tiga sore mengikuti waktu ketika Yesus wafat di kayu salib di bukit Golgota.

Laporan: Jo Kenaru/ NTT

Halaman Selanjutnya

“Menjadikan Jumat Agung hening sebagai tradisi tahunan di wilayah Kota Ruteng dan Paroki-Paroki di Keuskupan Ruteng,” ujar Rikardus Madu, panitia Paskah 2025, dihubungi Selasa, 15 April 2025.

Halaman Selanjutnya

Read Entire Article
Sindikasi | Jateng | Apps |