Kredibilitas Proyek Belt and Road Initiative Tiongkok Anjlok dengan Cepat di Thailand

1 week ago 9

Bangkok, VIVA – Proyek Inisiatif Sabuk dan Jalan (Belt and Road Initiative/BRI) Tiongkok kini tengah disorot di Thailand setelah gempa bumi berkekuatan 7,7 skala Richter di Myanmar meruntuhkan sebuah gedung 30 lantai yang sedang dibangun oleh insinyur Tiongkok di Bangkok, sejauh 966 kilometer dari pusat gempa.

Gedung pencakar langit yang belum selesai itu menjadi satu-satunya bangunan yang runtuh di ibu kota Thailand, meskipun kota tersebut hanya mengalami kerusakan ringan secara keseluruhan. Namun, insiden ini menyingkap dugaan penggunaan baja penyangga berkualitas rendah yang patah saat gempa, membuat bangunan itu roboh menjadi tumpukan puing besar yang menimpa sekitar 87 pekerja konstruksi—15 orang dipastikan tewas dan 72 lainnya belum ditemukan.

“Saya menonton beberapa video dari berbagai sudut tentang runtuhnya gedung itu,” kata Perdana Menteri Thailand, Paetongtarn Shinawatra, dengan nada terkejut seperti dilansir Asia Times, Jumat 11 April 2025.

“Dalam pengalaman saya di dunia konstruksi, saya belum pernah melihat hal seperti ini. Kita harus melakukan penyelidikan secara menyeluruh karena anggaran yang besar telah dialokasikan dan tenggat waktu proyek pun sempat diperpanjang,” lanjutnya.

Penyelidikan dibuka dengan kejadian yang mengundang kecurigaan. Dua hari setelah gempa pada 28 Maret, empat pria asal Tiongkok terekam kamera membawa lari sebanyak mungkin dokumen proyek dari lokasi reruntuhan. Polisi sempat menahan dan menginterogasi mereka, namun akhirnya dilepaskan.

Kedutaan Besar Tiongkok di Bangkok bersama Kementerian Dalam Negeri Thailand—yang membawahi kepolisian—menggelar pertemuan untuk membahas peristiwa tersebut. Namun, hasil diskusi mereka tidak dipublikasikan.

Sebuah gedung tinggi runtuh di Chatuchak, Bangkok, imbas gempa Myanmar

Citra Tiongkok sangat penting bagi reputasi Beijing di mata masyarakat Thailand. Selama beberapa dekade, Washington dan Beijing telah bersaing secara tidak resmi untuk memengaruhi politik, diplomasi, ekonomi, dan militer Thailand melalui bantuan keuangan, investasi, pariwisata, pendidikan, hubungan leluhur, dan cara-cara lainnya.

Dari puing-puing gedung yang runtuh, penyelidik menemukan dua jenis batang baja tulangan (rebar) yang seharusnya berfungsi menopang bangunan dalam pilar-pilar semen.

Setelah gempa, Institut Besi dan Baja Thailand melaporkan bahwa komposisi kimia, massa, dan kekuatan tekan dari batang-batang baja tersebut tidak lolos uji kelayakan.

Foto-foto yang dipublikasikan oleh Kementerian Perindustrian dan media lokal menunjukkan merek tertentu tertera pada salah satu batang baja yang diambil dari reruntuhan. Merek tersebut diduga terkait dengan perusahaan pembuat baja asal Tiongkok yang beroperasi di Thailand, menurut laporan Bangkok Post pada 2 April.

Kekhawatiran publik terhadap peran Tiongkok dalam keruntuhan gedung ini muncul seiring meningkatnya keresahan warga Thailand atas semakin besarnya pengaruh Beijing di negeri mereka.

Dampak gempa ini juga memperburuk kondisi ekonomi Thailand yang memang sedang bermasalah, termasuk sektor pariwisata, pasar kondominium dan bangunan tinggi bernilai miliaran dolar, tarif asuransi, dan sektor lainnya.

Sebuah gedung tinggi runtuh di Chatuchak, Bangkok, imbas gempa Myanmar

Para ekonom memperkirakan Thailand mengalami kerugian lebih dari 1 miliar dolar AS akibat gempa ini. Setidaknya 30 gedung tinggi di Bangkok dinyatakan tak layak huni, kata Departemen Pekerjaan Umum pada 2 April.

“Kami akan fokus menyampaikan satu pesan: bahwa Thailand aman untuk dikunjungi,” kata Menteri Pariwisata dan Olahraga, Sorawong Thienthong.

Lembaga-lembaga pemerintah Thailand yang bertugas memeriksa kontrak pembangunan, desain bangunan, bahan bangunan, serta kebijakan antikorupsi kini dikritik publik dan media karena dianggap tidak mampu atau tidak mau mengoreksi kesalahan pada gedung yang akhirnya roboh itu sebelum gempa terjadi.

Banyak warga mencatat dengan ironi pahit bahwa satu-satunya bangunan yang runtuh di Bangkok adalah kantor pusat baru Badan Pemeriksa Keuangan Negara (State Audit Office/SAO)—lembaga yang seharusnya mengawasi proyek-proyek pemerintah agar bebas dari korupsi.

“Halaman Facebook SAO tidak bisa diakses pada Rabu (2 April) setelah dibanjiri kritik keras dan tuduhan korupsi terkait bangunan yang runtuh itu, sementara lebih dari 70 pekerja masih belum ditemukan,” tulis Khaosod English.

Kontrak proyek ini merupakan kerja sama antara China Railway No. 10 Engineering Group milik pemerintah Tiongkok dan perusahaan publik asal Thailand, Italian-Thai Development (ITD).

350 Sekolah Terpaksa Tutup Akibat Krisis Polusi Udara di Bangkok

Photo :

  • AP: Sakchai Lalit

ITD didirikan pada 1958 oleh seorang Italia dan seorang Thailand yang pertama kali bertemu saat menyelamatkan kapal yang terjebak di Sungai Chao Phraya. Situs web perusahaan menyebutkan bahwa ITD adalah “perusahaan konstruksi infrastruktur terbesar di Thailand dan salah satu yang terbesar di Asia Tenggara.”

ITD juga telah melebarkan sayap ke berbagai negara seperti India, Bangladesh, Kamboja, Laos, Indonesia, Maladewa, Myanmar, Filipina, dan Madagaskar. Salah satu proyek terkenalnya di Thailand adalah pembangunan terminal penumpang Bandara Suvarnabhumi pada 2006.

Sementara itu, China Railway No. 10 Engineering Group merupakan bagian dari China Railway Engineering Corp (CREC), salah satu perusahaan teknik dan konstruksi terbesar di dunia.

“Semua instansi terkait telah diperintahkan untuk menyelidiki lebih jauh berapa banyak proyek lain yang dikerjakan oleh perusahaan ini,” kata Paetongtarn pada 1 April. “Semua bangunan di Bangkok harus memenuhi standar hukum. Keselamatan adalah prioritas utama.”

Di Thailand, CREC dan Railway No. 10 menjadi ujung tombak proyek-proyek BRI Tiongkok. Inisiatif ini merupakan strategi pembangunan dan ekspansi keuangan global yang didorong oleh investasi dan pinjaman dari Beijing.

Proyek-proyek CREC untuk BRI antara lain pembangunan jalur kereta Beijing-Shanghai dan Qinghai-Tibet di Tiongkok, serta jalur Mombasa-Nairobi di Kenya. CREC, yang dimiliki oleh pemerintah Komunis Tiongkok, juga mengerjakan berbagai proyek lainnya di Thailand.

Beberapa Kereta cepat yang ada di China.

Photo :

  • www.railwaygazette.com

Termasuk di antaranya adalah pemasangan rel untuk proyek kereta cepat yang akan menghubungkan Beijing dan Singapura melalui Bangkok. CREC juga membantu pembangunan salah satu jalur metro bawah tanah Bangkok dan sedang mengajukan penawaran untuk proyek metro lainnya.

Saat ini, Kementerian Perdagangan Thailand, Divisi Pemberantasan Kejahatan Ekonomi Kepolisian Kerajaan Thailand, dan Departemen Pendapatan dilaporkan tengah menyelidiki belasan proyek lainnya yang diduga terkait dengan CREC dan China Railway No. 10.

Sebelum gempa terjadi, CREC dengan bangga menyebut proyek gedung SAO Bangkok sebagai “gedung tinggi pertama untuk biro tersebut di luar negeri.”

Menurut peneliti politik Asia di media, Philip J Cunningham, setelah gempa terjadi, situs web CREC menghapus foto, kutipan, dan halaman-halaman yang berkaitan dengan proyek SAO, termasuk pengumuman resmi sebelumnya:

“Dalam mendukung Inisiatif Sabuk dan Jalan Nasional, Biro ke-10 China Railway mendirikan cabang Asia-Pasifik, menjadikan masuknya ke pasar Thailand sebagai langkah awal untuk membuka pasar-pasar baru di Asia Tenggara!”

“Kantor Audit Nasional Thailand… adalah proyek bangunan tunggal tertinggi dan terbesar yang pernah dikerjakan oleh Biro ke-10 sejauh ini,” demikian kutipan yang kini telah dihapus, menurut Cunningham.

China Railway No. 10 juga tengah membangun terminal bandara senilai 20 juta dolar AS di Narathiwat, Thailand Selatan, yang pengerjaannya tertunda, menurut media lokal.

Di sebuah rumah sakit yang sedang dibangun di Songkhla untuk pasien rawat jalan dan gawat darurat, direktur rumah sakit mengatakan kepada wartawan bahwa, “kualitas bahan bangunan diawasi secara ketat dan bangunan dirancang tahan gempa.”

Sementara itu, penyelidik juga memeriksa kemungkinan adanya warga negara Tiongkok lain yang menggunakan kontrak palsu untuk menyembunyikan kerja sama mereka dengan perusahaan konstruksi lokal di Thailand.

Halaman Selanjutnya

Citra Tiongkok sangat penting bagi reputasi Beijing di mata masyarakat Thailand. Selama beberapa dekade, Washington dan Beijing telah bersaing secara tidak resmi untuk memengaruhi politik, diplomasi, ekonomi, dan militer Thailand melalui bantuan keuangan, investasi, pariwisata, pendidikan, hubungan leluhur, dan cara-cara lainnya.

Halaman Selanjutnya

Read Entire Article
Sindikasi | Jateng | Apps |