Luis Enrique dan Momen Haru Usai PSG Juara: Kaos Tribute untuk Mendiang Xana

1 day ago 4

Munich, VIVA – Pada malam final Liga Champions 2024/25 di Allianz Arena, Munich, Luis Enrique tampak hadir dengan mengenakan kaos polos hitam—pilihan sederhana namun penuh makna. Ia memang tak langsung menampilkan pesan apa pun di awal pertandingan, menjaga fokus pada tugas utamanya sebagai pelatih Paris Saint-Germain (PSG).

Namun, momen yang lebih menyentuh datang setelah PSG dipastikan menjadi juara: di tengah euforia merayakan trofi, Enrique mengejutkan semua orang dengan mengganti kaosnya di lapangan, tepat setelah pertandingan usai.

1. Kaos Polos Hitam: Simbol Duka dan Konsentrasi

Sepanjang laga, Luis Enrique memilih kaos polos hitam—warna yang kerap dikaitkan dengan kesederhanaan sekaligus ungkapan duka. Meskipun tak ada keterangan resmi mengapa ia memakai warna tersebut, banyak pengamat berpendapat bahwa Enrique sengaja menahan diri untuk tidak langsung menampilkan tribute di depan publik, agar anak buahnya tetap fokus hingga peluit akhir.

Dengan gestur tenang dan penuh konsentrasi, ia berdiri di pinggir lapangan, mengatur strategi, memotivasi para pemain, dan memastikan PSG tampil meyakinkan menghadapi Inter Milan. Penampilan kaos polos hitam ini pun sempat menjadi perhatian media, meski belum diketahui maksud di balik pilihannya.

2. Momen Penukaran Kaos: Langkah Kilat di Tengah Euforia

Begitu wasit meniup peluit panjang tanda pertandingan berakhir, PSG resmi menjuarai Liga Champions untuk pertama kalinya usai menundukkan Inter Milan 5–0. Suasana di Allianz Arena langsung berubah menjadi pesta kemenangan: kembang api, konfet berjatuhan, dan sorakan ratusan pendukung Les Parisiens yang menyeruak di tribun.

Pelatih PSG, Luis Enrique juara Liga Champions

Photo :

  • AP Photo/Luca Bruno

Di tengah kebahagiaan yang menggelegar, Lensku Enrique tiba-tiba bergerak cepat: tanpa menunggu terlalu lama, ia melepas kaos polos hitamnya, lalu memasang kaos tribute untuk putrinya, Xana.

Tindakan ini berlangsung di lapangan, berjarak hanya beberapa langkah dari para pemain yang masih merayakan. Momen itu tertangkap kamera: kelihatan Enrique dengan ekspresi haru—mata yang berkaca-kaca namun tersenyum bangga—mengganti kaos sambil memastikan momen ini terlihat jelas oleh kamera siaran.

3. Siapa Xana? Jejak Singkat Kehidupan yang Sangat Berharga

Xana Enrique, putri semata wayang Luis Enrique, menghembuskan napas terakhir pada tahun 2019, pada usia 9 tahun. Diagnosa kanker tulang yang dideritanya membuat seluruh keluarga harus berjuang bersama. Dalam rentang waktu itu, Enrique—yang kala itu masih menjadi pelatih Barcelona—seringkali menunda atau mengubah jadwal latihan demi menemani Xana menjalani serangkaian perawatan medis.

Berita tragisnya berpulangnya Xana mengejutkan jagat sepak bola: sosoknya yang ceria dan pandangan matanya yang selalu cerah membuat banyak orang terenyuh. Enrique, yang kerap menutupi kesedihannya di depan publik, sempat menyatakan bahwa Xana adalah cahaya kehidupan mereka.

Meskipun tak banyak yang tahu secara detail, media melaporkan bahwa keluarga kecil ini berjuang mati-matian melawan penyakit tersebut hingga akhirnya menyerah pada kondisi yang tak lagi bisa tertolong.

4. Kaos Tribute: Gambar Enrique & Xana Mengibarkan Bendera

Kaos yang dikenakan Enrique usai final bukanlah kaos biasa. Di bagian depan terdapat ilustrasi Luis Enrique dan Xana berdampingan, mengibarkan bendera—seolah menggambarkan kebersamaan mereka, semangat perjuangan, dan harapan yang selalu menyala. Bendera dalam gambar itu melambangkan impian Xana untuk sembuh dan terus hidup, serta harapan Enrique agar putrinya bisa berlari bebas tanpa dibayangi penyakit.

Di bawah ilustrasi, terpampang logo kartun Yayasan Xana—lambang dari usaha konkret yang didirikan Enrique sebagai bentuk tribute abadi bagi anaknya. Kaos ini dirancang khusus oleh tim grafis yayasan, dengan tujuan memicu kesadaran publik tentang betapa beratnya perjuangan anak-anak melawan penyakit serius, serta mengajak banyak pihak untuk berkontribusi.

5. Fundación Xana: Meneruskan Semangat Melawan Penyakit

Fundación Xana (Yayasan Xana) resmi didirikan oleh Luis Enrique tak lama setelah kepergian sang putri. Berdasarkan informasi di akun Instagram resmi @fundacionxana, yayasan ini bergerak dalam beberapa program utama:

Dukungan Finansial dan Psikologis
Memberikan bantuan biaya perawatan medis bagi anak-anak penderita kanker tulang dan penyakit langka lainnya. Selain itu, yayasan juga menyediakan pendampingan psikologis untuk keluarga pasien, agar mereka tidak merasa sendiri selama masa perawatan.

Penyediaan Fasilitas Rekreasi dan Terapi
Mendirikan ruang bermain khusus di beberapa rumah sakit rujukan anak, di mana pasien kecil dapat mengikuti terapi seni, musik, dan olahraga ringan sesuai kemampuan mereka.

Kampanye Kesadaran dan Edukasi
Menggandeng sekolah-sekolah, komunitas, serta media massa untuk menyebarkan informasi tentang gejala awal kanker tulang pada anak, pentingnya deteksi dini, dan cara memberikan dukungan kepada keluarga pasien.

Beasiswa dan Pelatihan Keluarga
Menyelenggarakan beasiswa bagi adik-adik penderita yang harus cuti sekolah, serta program pelatihan keterampilan bagi orangtua agar dapat memperoleh penghasilan tambahan selama mendampingi perawatan anak.

Dalam deskripsi Instagram-nya, yayasan ini menegaskan visi: “Melanjutkan semangat Xana untuk selalu berjuang, memberi kesempatan bagi anak-anak lain agar bisa tertawa, bermain, dan bermimpi tanpa hambatan.”

6. Reaksi dan Apresiasi Publik

Ungkapan tribute Luis Enrique ini langsung menjadi sorotan media olahraga dan media sosial. Banyak rekan pelatih, mantan pemain, hingga pengamat sepak bola memberikan pujian:

Thomas Tuchel, rekan sesama pelatih, menyebut momen ini “salah satu bentuk cinta paling tulus yang pernah saya saksikan di lapangan sepak bola.”

Gerard Piqué—sahabat lama Enrique—mengunggah kembali video Enrique mengganti kaos, disertai tulisan: “Sosok seorang ayah sejati.”

Warganet memenuhi kolom komentar di Instagram @fundacionxana dengan ribuan ucapan dukungan, donasi, dan cerita-cerita inspiratif tentang bagaimana mereka atau kerabat pernah berjuang melawan penyakit sejenis.

Banyak yang menyebut aksi tersebut sebagai “lebih bermakna daripada sekadar angkat trofi”, karena di balik kaos tribute itu terkandung pesan kemanusiaan yang jauh melampaui gemerlapnya sepak bola.

7. Warisan Emosional di Balik Trofi

Bagi PSG, trofi Liga Champions 2025 memang menjadi momen gemilang—pero bagi Luis Enrique, ia melengkapinya dengan penghormatan tertinggi kepada putrinya. Kaos tribute itu menyiratkan bahwa di balik kesuksesan di lapangan, ada kisah duka, harapan, dan kerja keras untuk meneruskan legasi sebuah kehidupan yang singkat namun bermakna.

Kini, setiap kali publik melihat foto Enrique mengenakan kaos itu—dengan wajah haru tapi penuh kebanggaan—pesan yang tersampaikan adalah: “Kesuksesan terbesar bukan hanya mengangkat piala, tapi juga menjaga ingatan dan misi perjuangan mereka yang sudah tiada.”

Penutup
Momen di Allianz Arena pada 31 Mei 2025 akan selalu diingat bukan hanya karena PSG akhirnya memecahkan kutukan gelar Liga Champions, melainkan juga karena Luis Enrique memilih menomorsatukan tribute untuk Xana. Sebuah pengingat abadi bahwa dalam dunia yang gemerlap, selalu ada kisah kemanusiaan yang lebih besar—kisah seorang ayah yang tak pernah berhenti berjuang untuk anaknya, bahkan meski anak itu telah tiada.

Untuk mengenal lebih jauh tentang program dan kisah inspiratif Yayasan Xana, kunjungi akun resmi di @fundacionxana. Semoga kerja keras dan dedikasi ini dapat membantu lebih banyak anak meraih kesempatan hidup yang layak, persis seperti yang selalu diimpikan oleh Xana.

Halaman Selanjutnya

Source : AP Photo/Luca Bruno

Halaman Selanjutnya

Read Entire Article
Sindikasi | Jateng | Apps |