Jakarta, VIVA – Sebagai bagian dari refleksi dua dekade lebih perjalanan reformasi, Gerakan Mahasiswa Peduli Demokrasi (GMPD) Jakarta memprakarsai sebuah Focus Group Discussion (FGD) bertema “Refleksi Reformasi: Menuju Kebangkitan Nasional di Era Demokrasi” pada Minggu (25/5) di Restoran Putra Sriwijaya, Graha IJW, Jakarta Pusat.
Acara ini menghimpun puluhan mahasiswa dan pemuda dari berbagai organisasi serta kampus di Jakarta, menegaskan pentingnya ruang kolaboratif lintas generasi dalam mengawal arah demokrasi nasional. Hadir sebagai narasumber kunci antara lain Azuhri Ar-Rauf (Pj Ketua Umum HMI Cabang Jakarta Pusat-Utara), Deodatus Sunda (Ketua GMNI Jakarta Selatan), M. Daud Loilatu (Praktisi Hukum) dan aktivis muda Jakarta, Amiruddin Emon.
“Kita bicara keberlanjutan dari reformasi, berati kita juga harus bicara sistem yang peduli dan pro rakyat. Kenapa itu yang paling penting, karena per hari ini reformasi (tidak sepenuhnya). Kita harus mereformasi pola fikir dan sistem pemerintahan yang mengedepankan keadilan rakyat. Teman teman harus peka pada situasi sulit seperti hari ini, sebagai calon penerus bangsa. (Khususnya dalam) menyikapi berbagai tantangan dan perubahan global.” Terang M Daud saat membuka forum diskusi
FGD menjadi forum strategis untuk menimbang capaian dan tantangan reformasi sejak 1998 serta merumuskan peran generasi muda dalam menjawab persoalan kebangsaan. Ketimpangan sosial, fluktuasi kualitas demokrasi, dan pengaruh kekuatan ekonomi terhadap politik turut menjadi pembahasan yang mencuat dalam forum ini.
“Reformasi adalah proses panjang yang membutuhkan stamina sejarah. Kini saatnya generasi muda berdiri paling depan, bukan hanya sebagai pengamat, tapi sebagai penentu arah bangsa,” tegas Azuhri Ar-Rauf.
Deodatus Sunda menambahkan bahwa harapan akan demokrasi yang lebih partisipatif perlu dibangun di atas fondasi keberanian moral. “Kebangkitan nasional tidak bisa berhenti di tataran simbolik. Ia harus mewujud dalam tindakan nyata, terutama dari kalangan muda yang berani menyuarakan nilai-nilai keadilan dan kebenaran,” ujarnya.
Tak hanya mengevaluasi masa lalu, diskusi ini juga menyoroti visi Indonesia Emas 2045. Seluruh peserta sepakat bahwa pencapaian visi tersebut hanya mungkin jika demokrasi diperkuat dengan nilai keadilan, keterbukaan, dan inklusivitas.
Amiruddin Emon, selaku penanggung jawab kegiatan sekaligus moderator diskusi, menuturkan bahwa FGD ini merupakan bagian dari konsolidasi pemikiran pemuda. “Kami ingin membangun kesadaran bersama bahwa demokrasi bukanlah ruang eksklusif elit politik, melainkan ruang terbuka yang wajib dijaga bersama oleh seluruh elemen bangsa, terutama mahasiswa,” ungkapnya.
Kegiatan ini menandai komitmen GMPD Jakarta dalam memperluas gerakan moral mahasiswa serta mendorong sinergi lintas organisasi dalam menghadapi dinamika demokrasi Indonesia ke depan.
Vokhumfest, Pengabdian Mahasiswa UI ke Masyarakat Dorong UMKM Naik Kelas
Aneka kegiatan dalam event puncak ini antara lain Review 18 UMKM, Gelora Wicara (talkshow), Gelora Nada (Festival Musik), Guest Star KELJO dan Glow Karaoke Festival.
VIVA.co.id
24 Mei 2025