Jakarta, VIVA – Kecelakaan di perlintasan sebidang kembali memakan korban. Kali ini, sebuah truk trailer bermuatan kayu gelondongan tertabrak Commuterline Jenggala di Jalur Perlintasan Langsung (JPL) 11 antara Stasiun Indro dan Kandangan.
Akibat insiden tersebut, asisten masinis Abdillah Ramdan meninggal dunia di lokasi kejadian dan mengakibatkan jalur ditutup sementara.
Truk Muatan kayu Tertemper Commuter Line Jenggala di Gresik
Djoko Setijowarno, Wakil Ketua Pemberdayaan dan Pengembangan Wilayah Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Pusat menyampaikan bahwa kecelakaan di perlintasan sebidang seharusnya sudah masuk kategori isu nasional karena terus berulang dan merenggut korban jiwa.
“Banyak perlintasan masih tidak dijaga, atau infrastrukturnya tidak layak, apalagi untuk kendaraan berat seperti truk trailer. Ini bahaya besar,” ujarnya, dikutip VIVA melalui keterangan resmi.
Berdasarkan data PT KAI (2025), dari total 3.896 perlintasan, 1.879 tidak terjaga, termasuk perlintasan resmi dan liar.
Truk-truk bermuatan berat seperti pengangkut kayu sangat rentan patah as atau mogok di tengah rel karena kondisi sambungan jalan dan rel yang tidak rata atau rusak.
“Perawatan rel di perlintasan yang dikelola pemerintah daerah sering kali tidak memadai karena tidak ada anggaran dari pusat. Padahal kendaraan berat yang lewat membutuhkan permukaan jalan yang kuat dan aman,” tambah Djoko.
Kondisi ini diperparah dengan fakta bahwa petugas perlintasan, terutama yang dikelola Pemda, masih digaji di bawah upah minimum dan tidak mendapat tunjangan hari raya maupun insentif keselamatan.
“Saat kecelakaan terjadi, petugas PJL malah sering dijadikan tersangka, padahal mereka tidak dibekali pelatihan memadai dan tidak rutin dibina,” tegasnya.
Ia juga menyoroti bahwa hingga kini pembangunan flyover atau underpass di banyak lokasi masih sebatas rencana. Rencana Strategis (Renstra) Kementerian PUPR yang menargetkan pembangunan 138 flyover/underpass hingga 2039 terhambat karena adanya efisiensi anggaran pada 2025, sehingga pelaksanaan tidak sesuai jadwal.
“Kita bicara nyawa. Tidak semestinya anggaran keselamatan dipotong. Apalagi kendaraan berat makin banyak dan makin aktif di jalur distribusi logistik,” tutupnya.
Halaman Selanjutnya
“Perawatan rel di perlintasan yang dikelola pemerintah daerah sering kali tidak memadai karena tidak ada anggaran dari pusat. Padahal kendaraan berat yang lewat membutuhkan permukaan jalan yang kuat dan aman,” tambah Djoko.