VIVA – Dunia kontes kecantikan internasional dihebohkan dengan kabar mengejutkan dari pemenang Miss Grand International (MGI) 2024, Rachel Gupta. Ratu kecantikan asal India ini pada Rabu, 28 Mei 2025, secara resmi mengumumkan pengunduran dirinya dari gelar yang baru beberapa bulan ia sandang.
Pernyataan Rachel yang menyebutkan adanya "janji yang tidak ditepati, perlakuan buruk, dan lingkungan yang beracun" sontak menjadi viral dan memicu perdebatan sengit di kalangan penggemar pageant dan publik.
Lewat unggahan emosional di akun Instagram pribadinya, Rachel pun menuturkan hal yang menjadi latar belakang keputusannya untuk tak lagi mengemban gelar ratu kecantikan tersebut. Yuk lanjut scroll artikel selengkapnya berikut ini.
"Dengan sangat menyesal saya berbagi berita ini. Saya telah membuat keputusan untuk mengundurkan diri sebagai Miss Grand International 2024 dan mengembalikan mahkota saya," ungkap Rachel Gupta dalam keputusan yang ditulisnya.
“Bulan-bulan setelah saya dinobatkan dipenuhi dengan janji yang tidak ditepati, perlakuan yang menyakitkan dan lingkungan yang beracun yang tidak lagi bisa saya diamkan,” jelas Rachel.
Dalam pernyataannya, Rachel menjelaskan bahwa keputusan ini bukanlah hal mudah, mengingat meraih mahkota MGI 2024 adalah impian dan kebanggaan luar biasa baginya sebagai wanita India pertama yang mencapai prestasi tersebut.
Namun, ia merasa tidak bisa lagi menoleransi lingkungan yang tidak mendukung dan perlakuan yang tidak menyenangkan dari organisasi.
Ia bahkan menyatakan akan merilis video lengkap untuk menjelaskan detail pengalamannya yang sulit.
Ia juga menegaskan bahwa keputusan untuk mundur ini tidak diambil secara gegabah.
“Saya telah mempertimbangkan ini secara matang dan akan membagikan kisah lengkap saya melalui video yang akan segera dirilis,” ujarnya.
Beberapa poin penting dari tuduhan Rachel Gupta yang beredar meliputi:
- Janji Palsu: Adanya janji-janji dari organisasi yang tidak ditepati.
- Perlakuan Buruk & Lingkungan Toksik: Merasakan pengalaman yang menyakitkan, body shaming, pelecehan mental, dan lingkungan kerja yang merugikan.
- Tekanan Finansial & Tugas yang Tidak Ideal: Terpaksa menjual produk "murahan" di TikTok, tidak menerima bayaran, bahkan harus membeli makan sendiri dan kesulitan mengakses fasilitas dasar.
- Tuduhan Suap: Mengklaim adanya pembayaran untuk voting dari beberapa negara selama kompetisi MGI 2024.
Tak berselang lama setelah unggahan Rachel, pihak Miss Grand International Organization (MGIO) merilis pernyataan resmi yang berbeda. MGIO menegaskan bahwa status Rachel sebagai Miss Grand International 2024 telah dicabut (terminated), bukan mengundurkan diri.
“Dengan ini kami menyatakan bahwa Rachel Gupta tidak lagi menjadi pemegang gelar Miss Grand International 2024. Ia juga diminta untuk mengembalikan mahkota ke kantor pusat dalam waktu 30 hari,” bunyi pernyataan resmi dari MGI.
Pernyataan ini memicu perdebatan di kalangan publik dan komunitas pageant.
Sebagian netizen mempertanyakan profesionalisme organisasi MGI dan menilai bahwa kasus ini membuka tabir soal manajemen internal yang selama ini jarang terekspos.
Tak sedikit pula yang berpandangan bahwa Rachel mungkin kurang memahami tanggung jawab besar yang melekat pada gelar Miss Grand International.
Namun, Rachel kembali menegaskan bahwa dirinya tidak dicopot sepihak, melainkan secara sadar mengundurkan diri dari jabatan tersebut.
“Saya tidak bisa lagi berpura-pura bahagia di tengah tekanan yang merusak secara mental,” tulisnya dalam unggahan lanjutan.
Perbedaan narasi antara Rachel Gupta dan MGIO telah memicu gelombang kontroversi. Penggemar pageant terpecah menjadi dua kubu, ada yang mendukung Rachel dan bersimpati atas pengalamannya, sementara yang lain menunggu bukti lebih lanjut dari kedua belah pihak.
Kasus ini juga mengingatkan publik pada insiden serupa di ajang MGI sebelumnya, termasuk momen ketika second runner-up Miss Grand International 2024, Thae Su Nyein, melepas mahkota dan selempangnya di atas panggung, menambah daftar panjang kontroversi dalam sejarah MGI.
Halaman Selanjutnya
Namun, ia merasa tidak bisa lagi menoleransi lingkungan yang tidak mendukung dan perlakuan yang tidak menyenangkan dari organisasi.