Selasa, 15 April 2025 - 11:40 WIB
VIVA – Gelombang penolakan untuk melanjutkan perang di Jalur Gaza, Palestina, semakin banyak. Sikap tersebut bahkan datang dari para tentara Israel, veteran dan mantan anggota intelijen negara zionis.
Para prajurit Pasukan Pertahanan Israel (IDF) berang dengan ambisi Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, yang memilih untuk melanjutkkan perang di Gaza.
Menurut laporan yang dikutip VIVA Militer dari Stars and Stripes, para tentara Israel mendesak diakhirinya konflik dan dengan segera memulangkan sandera yang ditawan oleh kelompok Hamas Palestina.
Banyak warga Israel yang didalamnya termasuk prajurit dan veteran, menulis surat terbuka sebagai respons atas apa yang dilakukan oleh Netanyahu.
VIVA Militer: Unjuk rasa warga sipil Israel
Photo :
- NurPhoto/Gili Yaari
Pada Minggu 13 April 2025 lalu, hampir 1.000 orang pilot Angkatan Udara Israel (IAF) dan sebagian anggota pasukan cadangan, berunjuk rasa dengan tuntutan pengamanan kesepakatan pembebasan sandera dengan Hamas.
Bahkan, ribuan tentara Israel itu tak peduli jika mereka harus menarik diri sepenuhnya dari Gaza. Meskipun, komando IDF mengancam akan memecat prajurit yang menandatangani surat terbuka tersebut.
"Kami katakan bahwa kami sudah di ujung tanduk, dan kami tidak tahan lagi. Kami percaya perang ini hanya dibiarkan terjadi untuk melayani tujuan politik Netanyahu," ujar Or Goren, seorang perwira medis cadangan dan ahli anestesi IDF.
"Kami semua adalah bagian dari perang ini, dan kami semua merasa bahwa kami hanya perlu menjadi bagian dari upaya militer untuk menghancurkan Hamas," katanya dikutip VIVA Militer dari The Times of Israel.
VIVA Militer: Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu
Photo :
- Agence France-Presse (AFP)
Goren mengatakan ia dan rekan-rekannya telah diterjunkan dalam enam bulan pertama perang di Gaza. Itu berarti, pria 51 tahun tersebut ambil bagian menyerang Palestina sejak Oktober 2023.
Israel dan Hamas mencapai kesepakatan gencatan senjata pada Januari 2025 lalu, yang berujung pada gencatan senjata selama dua bulan dan pembebasan 33 sandera Israel, 25 di antaranya masih hidup.
Tahap kedua dari kesepakatan tersebut dijadwalkan akan dimulai pada Maret 2025. Akan tetapi Israel menolak untuk melanjutkan negosiasi, dan malah menghentikan semua bantuan ke Gaza dan memulai kembali perang.
Halaman Selanjutnya
"Kami katakan bahwa kami sudah di ujung tanduk, dan kami tidak tahan lagi. Kami percaya perang ini hanya dibiarkan terjadi untuk melayani tujuan politik Netanyahu," ujar Or Goren, seorang perwira medis cadangan dan ahli anestesi IDF.