Tel Aviv, VIVA – Pemimpin oposisi Israel, Yair Lapid menyindir keras gaya kepemimpinan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu. Lapid memperingatkan soal potensi 'pembunuhan politik' di dalam negeri.
Dia menuduh Netanyahu mesti bertanggung jawab atas adanya kekerasan dalam pemerintahannya.
"Kami terpapar pada pembunuhan politik dari dalam. Dan, Direktur Shin Bet Ronen Bar berada di urutan teratas daftar mereka yang menerima ancaman (pembunuhan)," kata Lapid, dikutip dari ANews, Senin 21 April 2025.
Ronen Bar jadi sorotan dalam kancah politik negara Yahudi itu sejak memutuskan 'mundur' dari posisinya pada 20 Maret 2025.
Namun, Mahkamah Agung Israel masih menangguhkan langkah Ronen Bar dengan dalih sambil menunggu peninjauan petisi hukum yang diajukan kubu oposisi.
Lapid juga mengkritik Bar dalam memimpin Shin Bet yang merupakan salah satu badan intelijen Israel. Ia bilang mestinya kepala Shin Bet berani mundur usai gagal mengantisipasi serangan kelompok Hamas ke Tel Aviv pada 7 Oktober 2023. "Dia seharusnya mengundurkan diri setelah tanggal 7 Oktober karena kegagalannya," ujar Lapid.
Eks Perdana Menteri Israel Yair Lapid
Photo :
- AP Photo/Sebastian Scheiner, file
Lebih lanjut, Lapid juga memperingatkan Israel yang seperti tengah menuju bencana lain yaitu bencana yang didorong oleh hasutan dari dalam.
"Bencana berikutnya (setelah serangan Hamas pada 7 Oktober) akan disebabkan oleh hasutan gila ini," lanjut Lapid.
"Kita harus menghadapi seruan untuk melakukan kekerasan ini dan membungkam mereka yang mempromosikannya. Kita berada di tempat yang gelap dan berbahaya," ujar eks Perdana Menteri Israel itu.
Lapid pun menuduh Netanyahu sebagai dalang hasutan tersebut. Ia mendesak agar Netanyahu bisa membungkam menteri kabinetnya dan sekutu media yang biasa jadi corong pemerintah.
"Bungkam menteri Anda dan corong yang Anda gunakan di media," kata Lapid.
Ia kemudian meminta Netanyahu untuk memberdayakan Shin Bet dan mendukungnya. Cara itu menurutnya lebih baik ketimbang memicu perpecahan internal. "Daripada mendukung hasutan, dukunglah Shin Bet," tuturnya.
Ketegangan politik di Israel muncul setelah lebih dari 51.200 warga Palestina tewas imbas serangan brutal militer zionis itu sejak Oktober 2023. Sebagian besar warga Palestina yang tewas adalah wanita dan anak-anak.
Adapun dalam beberapa pekan terakhir, hampir 150 ribu warga Israel sudah menandatangani petisi yang menuntut pemulangan para sandera dari Gaza. Mereka menyuarakan demikian juga agar perang di Gaza berakhir.
Halaman Selanjutnya
"Kita harus menghadapi seruan untuk melakukan kekerasan ini dan membungkam mereka yang mempromosikannya. Kita berada di tempat yang gelap dan berbahaya," ujar eks Perdana Menteri Israel itu.