Jakarta, VIVA – Di era digital yang semakin canggih, keamanan smartphone menjadi prioritas utama. Tak hanya menyimpan data pribadi, perangkat genggam kini juga berisi akses ke keuangan digital, email kerja, dan berbagai aplikasi penting lainnya.
Oleh karena itu, metode autentikasi biometrik seperti sidik jari (fingerprint) dan pengenalan wajah (face unlock) semakin menjadi fitur wajib di smartphone masa kini.
Kedua teknologi ini memiliki tujuan yang sama, yakni mengamankan perangkat dari akses yang tidak sah. Namun, dari sisi keamanan, kecepatan, dan kenyamanan, keduanya punya keunggulan dan kelemahan masing-masing.
Keamanan Sidik Jari: Stabil dan Terbukti
Pemindai sidik jari bekerja dengan membaca pola unik pada permukaan kulit jari. Sidik jari memiliki tingkat akurasi yang tinggi karena sifatnya yang unik untuk setiap individu. Teknologi ini sulit ditiru, bahkan oleh kembar identik sekalipun.
Versi terbaru dari pemindai sidik jari kini menggunakan teknologi ultrasonik, seperti yang dipakai pada seri Samsung Galaxy S23 dan S24. Sensor ini mampu membaca hingga ke lapisan bawah kulit, menjadikannya lebih aman dari potensi pemalsuan menggunakan cetakan.
Namun, kelemahan dari fingerprint adalah penurunan sensitivitas saat jari basah, berminyak, atau terluka. Selain itu, sensor bisa tidak merespons jika terkena debu atau kotoran.
Face Unlock: Cepat dan Nyaman, Tapi...
Source : www.mashable.com/Brian Wong
Fitur face unlock menjadi populer berkat kemudahan yang ditawarkannya. Cukup arahkan wajah ke layar, dan perangkat akan terbuka secara otomatis. Beberapa produsen seperti Apple dengan Face ID dan Oppo dengan O-Face menghadirkan teknologi pemindaian wajah 3D, yang memiliki tingkat akurasi tinggi karena memetakan ratusan titik di wajah pengguna.
Namun, tidak semua smartphone menghadirkan face unlock 3D. Banyak perangkat hanya mengandalkan kamera depan biasa (2D), yang lebih mudah dibobol menggunakan foto atau video. Hal ini membuat face unlock 2D kurang direkomendasikan untuk keamanan tinggi.
Kondisi pencahayaan rendah atau penggunaan masker juga bisa memengaruhi efektivitas face unlock, membuat pengguna kesulitan mengakses perangkat.
Lantas, Mana yang Lebih Aman?
Jika berbicara soal keamanan murni, fingerprint (terutama yang ultrasonik) dianggap lebih sulit untuk diretas dibanding face unlock 2D. Namun, jika smartphone menggunakan teknologi pemindaian wajah 3D seperti Face ID Apple atau O-Face dari Oppo, maka keduanya berada pada level keamanan yang hampir setara.
Seiring melesatnya perkembangan teknologi, kini banyak smartphone—seperti Google Pixel 7 Pro dan Samsung Galaxy S24 Ultra—menggabungkan kedua metode ini.
Penggabungan ini memungkinkan pengguna memilih metode yang sesuai dengan kondisi, misalnya menggunakan fingerprint saat wajah tertutup masker atau face unlock saat tangan kotor.
Halaman Selanjutnya
Fitur face unlock menjadi populer berkat kemudahan yang ditawarkannya. Cukup arahkan wajah ke layar, dan perangkat akan terbuka secara otomatis. Beberapa produsen seperti Apple dengan Face ID dan Oppo dengan O-Face menghadirkan teknologi pemindaian wajah 3D, yang memiliki tingkat akurasi tinggi karena memetakan ratusan titik di wajah pengguna.