Remaja Mulai Terpapar, Ahli Ingatkan Peran Semua Pihak Lawan Radikalisme Online

21 hours ago 6

Selasa, 27 Mei 2025 - 23:59 WIB

VIVA – Kasus penangkapan remaja 18 tahun berinisial MAS di Gowa, Sulawesi Selatan, kembali membuka mata publik bahwa ancaman radikalisme tidak mengenal usia.

MAS diduga menjadi pengelola kanal propaganda pro-ISIS di aplikasi perpesanan, aktif menyebarkan ajakan melakukan pengeboman tempat ibadah. Ia ditangkap Densus 88 Antiteror Polri pada Sabtu, 24 Mei 2025.

Terkait penangkapan ini,  Dr. Darmansjah Djumala menegaskan bahwa keterlibatan masyarakat dalam melawan narasi intoleransi dan radikalisme adalah garda terdepan untuk mencegah penyebaran paham kekerasan

“Kita, pengguna media sosial, jangan pernah lelah untuk melawan narasi setiap propaganda intoleransi dan radikalisme,” kata anggota Kelompok Ahli BNPT Bidang Kerja Sama Internasional. 

Djumala menekankan bahwa perubahan pola dan pelaku terorisme harus menjadi perhatian semua pihak. Jika sebelumnya pelaku teror umumnya laki-laki dewasa, kini peta berubah drastis.

Peristiwa bom bunuh diri di tiga gereja di Surabaya pada 2018, kata dia, menjadi titik balik: pelaku adalah satu keluarga lengkap, termasuk anak-anak. Sejak itu, perempuan dan remaja juga masuk dalam kelompok rentan terpapar ideologi kekerasan.

Karena itu, perlindungan terhadap kelompok ini menjadi prioritas utama BNPT. Strateginya tidak bisa hanya mengandalkan aparat, tetapi harus berbasis pada masyarakat. “Sikap intoleran itu embrio radikalisme yang akan bermuara pada tindakan kekerasan dan terorisme,” kata Djumala.

BNPT mendorong tiga pendekatan utama: meningkatkan kesadaran publik (public awareness), mendorong keterlibatan publik (public engagement), dan memperkuat kolaborasi antar pemangku kepentingan (stakeholders collaboration). Ketiganya diarahkan untuk membangun ketahanan masyarakat melalui penguatan ideologi Pancasila, keharmonisan sosial, dan keutuhan keluarga.

Penangkapan MAS hanyalah satu bukti dari peta ancaman baru yang semakin digital dan menyasar anak muda. Kanal WhatsApp yang ia kelola sejak Desember 2024 berisi diskusi ekstrem soal bom bunuh diri dan propaganda ISIS. Kasus ini menjadi pengingat bahwa ruang digital tidak netral, dan setiap warga, termasuk remaja, bisa jadi sasaran perekrutan.

Karena itu tak cukup hanya mengandalkan tindakan penegakan hukum. Masyarakat harus hadir sebagai peredam. Narasi tandingan harus digaungkan di rumah, sekolah, tempat ibadah, dan media sosial. Kesadaran kolektif inilah yang menjadi benteng terakhir dari radikalisme yang terus berevolusi.

Halaman Selanjutnya

BNPT mendorong tiga pendekatan utama: meningkatkan kesadaran publik (public awareness), mendorong keterlibatan publik (public engagement), dan memperkuat kolaborasi antar pemangku kepentingan (stakeholders collaboration). Ketiganya diarahkan untuk membangun ketahanan masyarakat melalui penguatan ideologi Pancasila, keharmonisan sosial, dan keutuhan keluarga.

Halaman Selanjutnya

Read Entire Article
Sindikasi | Jateng | Apps |