Tak Ada Kata Terlambat, Inisiatif Latih Perempuan dan Disabilitas Jadi Pebisnis Mandiri

9 hours ago 3

Jumat, 9 Mei 2025 - 20:23 WIB

Jakarta, VIVA – Dunia terus bergerak menuju masa depan yang lebih inklusif, dan perempuan, termasuk mereka yang menyandang disabilitas, kini tak lagi dipandang sebagai pihak yang terbatas dalam berkontribusi pada ekonomi. Salah satu bukti nyata datang dari peluncuran kembali program SisBerdaya dan DisBerdaya 2025, inisiatif dari DANA dan Ant International yang berfokus pada pemberdayaan perempuan pelaku UMKM serta perempuan penyandang disabilitas. Program ini bukan sekadar pelatihan atau kompetisi, tapi juga gerakan yang membuka akses, peluang, dan transformasi menuju kemandirian.

Dalam peluncuran resmi yang digelar baru-baru ini, sejumlah pemangku kepentingan dari sektor keuangan seperti Bank Indonesia dan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian hadir dan menegaskan pentingnya keuangan inklusif untuk seluruh masyarakat—khususnya perempuan. Inklusivitas bukan hanya tentang akses terhadap layanan keuangan, tetapi juga bagaimana teknologi dan kolaborasi lintas sektor bisa mendorong perubahan sosial yang nyata.

Program ini hadir dengan visi besar: menciptakan pertumbuhan ekonomi yang menyeluruh dan berkeadilan, terutama bagi perempuan yang selama ini masih menghadapi hambatan struktural di sektor UMKM. Dalam konferensi pers, disampaikan bahwa keuangan inklusif adalah kunci mendukung Asta Cita dan target pertumbuhan ekonomi sebesar 8 persen.

“SisBerdaya dan DisBerdaya hadir sebagai wujud nyata komitmen tersebut. Dengan sinergi yang tepat, visi ekonomi yang adil dan setara bisa diwujudkan bersama," ujarnya.

Program SisBerdaya dan DisBerdaya 2025

Program ini menaruh fokus besar pada pemanfaatan teknologi. Dari teknik pemasaran digital hingga penerapan kecerdasan buatan (AI), seluruh materi pelatihan disusun agar sesuai dengan tantangan dan peluang dunia usaha masa kini. Tak hanya itu, literasi digital dan keuangan juga jadi pondasi utama agar para peserta bisa membangun bisnis yang tangguh dan mandiri.

“Bank Indonesia mengapresiasi inisiatif untuk membuka peluang baru bagi UMKM untuk memperluas pasar dan meningkatkan daya saing. Inisiatif seperti SisBerdaya dan DisBerdaya yang diadakan oleh DANA dan Ant International, menunjukkan bagaimana kerja sama antar sektor bisa mendorong inklusi ekonomi. Hal ini sangat penting, terutama untuk perempuan dan kelompok disabilitas,” ujar Sri Noerhidajati, Deputi Direktur Departemen Ekonomi Keuangan Inklusif dan Hijau Bank Indonesia.

Menurut data Kemenkop UKM pada 2024, Indonesia memiliki sekitar 65 juta UMKM, dan lebih dari 60 persennya dimiliki dan dikelola oleh perempuan. Namun, banyak dari mereka masih menghadapi tantangan besar dalam mengembangkan usahanya.

“Survei internal kami pada 2024 menunjukkan bahwa 74 persen UMKM perempuan kesulitan mengakses pasar. Selain itu, 57 persen mengalami hambatan dalam meningkatkan keterampilan. Sementara itu, 51 persen kesulitan membangun jejaring," kata Olavina Harahap, Direktur Komunikasi DANA.

Tantangan lain meliputi kurangnya mentoring hingga literasi digital. Melalui SisBerdaya dan DisBerdaya, kami berkomitmen untuk memperluas akses terhadap teknologi, inklusi dan literasi keuangan, dan pendampingan bisnis demi meningkatkan daya saing UMKM,” sambungnya.

Sejak pertama kali diluncurkan pada 2023, SisBerdaya dan DisBerdaya telah memberi dampak nyata, seperti lebih dari 4.500 pelaku UMKM berpartisipasi, pelatihan intensif diikuti peserta dari 29 provinsi, kapasitas produksi finalis meningkat hingga 126%, pendapatan finalis naik hingga 113% dan 99% partisipan merasa bisnisnya terbantu oleh pendanaan.

Tahun ini, program ini mengusung tema Memajukan Bisnis dengan Teknologi dengan fokus pada dua kategori peserta: mikro dan ultra mikro, serta satu kategori khusus untuk perempuan penyandang disabilitas. DisBerdaya akan menggandeng berbagai lembaga seperti Ego Amote, Himpunan Wanita Disabilitas Indonesia (HWDI), INKLUSI, Menembus Batas, dan TPAKD Kabupaten Garut untuk menjangkau peserta yang tepat.

Halaman Selanjutnya

Menurut data Kemenkop UKM pada 2024, Indonesia memiliki sekitar 65 juta UMKM, dan lebih dari 60 persennya dimiliki dan dikelola oleh perempuan. Namun, banyak dari mereka masih menghadapi tantangan besar dalam mengembangkan usahanya.

Halaman Selanjutnya

Read Entire Article
Sindikasi | Jateng | Apps |