Jakarta, VIVA – Orang yang sengaja menghindari berita mungkin sedang melakukan hal baik untuk kesehatan tubuhnya, terutama metabolisme.
Dr. Lisa Feldman Barrett, PhD, seorang ahli saraf dari Harvard Medical School dan rumah sakit Massachusetts General Hospital, mengungkapkan bahwa sering terpapar berita buruk bisa memengaruhi metabolisme tubuh kita.
Lisa adalah salah satu ilmuwan psikologi dan otak paling berpengaruh di dunia. Menurutnya, berita negatif membuat kita merasa cemas dan tidak pasti. Kondisi ini bisa menyebabkan tubuh kita mengalami stres, dan akhirnya mengganggu cara tubuh memproses makanan atau membakar energi.
Tak bisa dipungkiri, kita sering kali terpapar berita buruk seperti pencurian, penipuan, konflik, krisis politik, ekonomi yang memburuk, dan masalah lingkungan. Terlalu sering mendengar hal-hal seperti itu bisa berdampak buruk bagi kesehatan fisik dan mental kita.
Lisa menjelaskan bahwa otak punya tugas utama untuk menjaga agar tubuh tetap sehat dengan mengatur “anggaran energi tubuh”. Jika kita sudah stres karena banyak hal, misalnya sakit, masalah keuangan, kurang tidur, atau tidak olahraga, maka otak menjadi lebih rentan terhadap stres tambahan. Akibatnya, kita bisa merasa sangat lelah, bahkan seperti kehabisan tenaga.
“Jika anggaran energi tubuh Anda sudah terkuras oleh berbagai keadaan hidup, seperti sakit fisik, kesulitan keuangan, lonjakan hormon, atau sekadar kurang tidur dan olahraga, otak Anda menjadi lebih rentan terhadap segala bentuk stres. Anda bisa merasa benar-benar kelelahan, seperti habis digiling,” tulis Lisa, dikutip dari Harvard Business Review.
Ilustrasi obesitas/kegemukan.
Photo :
- Pexels/Andres Ayrton
Menurut Lisa, stres sosial seperti merasa dinilai atau dihakimi bisa berdampak langsung pada bagaimana tubuh kita memproses makanan. Penelitiannya menunjukkan bahwa dalam situasi stres seperti itu, seseorang bisa mengonsumsi 104 kalori lebih banyak dalam satu kali makan. Jika ini terjadi setiap hari, berat badan seseorang bisa naik hingga 5 kilogram dalam setahun.
“Jika ini terjadi setiap hari, berat badan bisa naik hingga 5 kilogram dalam setahun! Tidak hanya itu, jika Anda mengonsumsi lemak sehat, seperti yang terdapat dalam kacang-kacangan, dalam satu hari saat sedang stres, tubuh akan memetabolisme makanan tersebut seolah-olah mengandung lemak jahat,” tambah Lisa.
Artinya, bahkan saat kita berusaha makan sehat, tubuh dalam kondisi stres akan salah mengelola makanan. Lemak sehat dari makanan seperti kacang-kacangan bisa dianggap sebagai lemak jahat oleh tubuh yang sedang dalam keadaan tertekan.
Selain itu, Lisa juga menyebut bahwa paparan berita negatif bisa membuat seseorang menjadi terlalu waspada dan mudah lelah secara emosional.
“Berita buruk bisa membuat kita merasa sedang dalam bahaya, padahal sebenarnya tidak. Ini membuat tubuh terus-menerus dalam mode siaga dan akhirnya kelelahan,” jelasnya.
Menonton atau membaca berita buruk saat makan atau setelah makan ternyata memperburuk dampaknya. Tubuh kita yang sedang mencerna makanan justru terganggu oleh sinyal stres dari otak.
Maka dari itu, membatasi konsumsi berita negatif bisa menjadi langkah sederhana namun efektif untuk menjaga metabolisme tetap sehat dan berat badan tetap stabil.
Halaman Selanjutnya
Menurut Lisa, stres sosial seperti merasa dinilai atau dihakimi bisa berdampak langsung pada bagaimana tubuh kita memproses makanan. Penelitiannya menunjukkan bahwa dalam situasi stres seperti itu, seseorang bisa mengonsumsi 104 kalori lebih banyak dalam satu kali makan. Jika ini terjadi setiap hari, berat badan seseorang bisa naik hingga 5 kilogram dalam setahun.