Arab Saudi jadi Negara Pertama yang Dikunjungi Trump di Timur Tengah, Ada Deal Jet Tempur?

6 hours ago 2

Selasa, 13 Mei 2025 - 15:08 WIB

Washington, VIVA – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mulai melakukan kunjungan ke kawasan Timur Tengah sejak dilantik pada Januari 2025. Langkah Trump pun menuai sorotan.

Melansir dari Alarabiya, Selasa 13 Mei 2025, pemilihan kawasan Teluk sebagai destinasi perdana mencerminkan besarnya perhatian Trump terhadap Timur Tengah. Fokus utamanya tampak tertuju pada tiga ibu kota: Arab Saudi, Qatar, dan Uni Emirat Arab (UEA).

Delegasi yang turut serta dalam rombongan Presiden Trump antara lain Menteri Luar Negeri Marco Rubio, Menteri Pertahanan Pete Hegseth, Menteri Keuangan Scott Bessent, dan Menteri Perdagangan Howard Lutnick.

Trump berharap kunjungannya berlangsung dalam suasana relatif tenang. Meskipun konflik di Timur Tengah masih memanas.

Presiden AS Donald Trump jadikan TikTok sebagai alat barter politik dengan China.

Konflik itu karena perang Gaza masih terus bergulir, serangan balasan antara Israel dan kelompok Houthi di Yaman juga meningkat. Lalu, ketegangan regional belum mereda.

Di tengah dinamika itu, ada manuver Israel untuk mengambil alih seluruh Jalur Gaza dan potensi aneksasi Tepi Barat menjadi perhatian utama.

Para pemimpin negara-negara Teluk diperkirakan akan menegaskan kepada Trump bahwa eskalasi kekerasan hanya akan memperburuk ketidakstabilan kawasan. Selain itu, merugikan kepentingan keamanan nasional AS dan arah kebijakan luar negeri Washington.

Meskipun situasi geopolitik tegang, sejumlah kesepakatan strategis tetap diperkirakan akan diteken di setiap perhentian kunjungan.

Di Arab Saudi, menurut sejumlah pejabat dan sumber yang mengetahui pembicaraan bilateral, kesepakatan pertahanan utama siap diumumkan.

Salah satu kesepakatan besar yang diperkirakan adalah penjualan jet tempur AS kepada Arab Saudi. Meski belum ada kepastian, perhatian tertuju pada jenis jet yang akan dijual antara F-15 atau F-35.

Namun, tak semua kerja sama akan diumumkan saat ini. Pejabat Gedung Putih menyatakan belum ada rencana untuk mengungkap kesepakatan terkait dukungan program pengayaan nuklir sipil Arab Saudi. 

Proyek itu sempat dikaitkan erat dengan proses normalisasi hubungan antara Saudi dan Israel.

Tapi, sikap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu yang ngotot melanjutkan perang di Gaza. Netanyahu menolak solusi dua negara sehingga prospek kesepakatan tersebut semakin menjauh.

"Hal itu lebih dari sekadar tidak mungkin dilakukan. Saya pikir normalisasi sudah tidak mungkin," kata Firas Maksad, Direktur Pelaksana untuk Timur Tengah dan Afrika Utara di Eurasia Group.

Halaman Selanjutnya

Para pemimpin negara-negara Teluk diperkirakan akan menegaskan kepada Trump bahwa eskalasi kekerasan hanya akan memperburuk ketidakstabilan kawasan. Selain itu, merugikan kepentingan keamanan nasional AS dan arah kebijakan luar negeri Washington.

Halaman Selanjutnya

Read Entire Article
Sindikasi | Jateng | Apps |