Ekonomi Digital RI Diproyeksi Capai Rp 2.147 Triliun, Pemerintah Dorong Sinergi Triple Helix

4 hours ago 1

Selasa, 13 Mei 2025 - 20:21 WIB

Jakarta, VIVA – Dalam suasana global yang masih dihantui ketidakpastian ekonomi, gejolak geopolitik, dan disrupsi teknologi, Indonesia justru menyimpan potensi besar di sektor ekonomi digital. Proyeksi nilai ekonomi digital Indonesia tahun ini, diperkirakan mencapai US$130 miliar atau setara Rp 2.147,6 triliun (asumsi kurs Rp 16.520). 

Angka tersebut mewakili 44 persen dari total proyeksi ekonomi digital di Asia Tenggara. Hal tersebut disampaikan Deputi Bidang Pengembangan Iklim dan Penanaman Modal, Kementerian Investasi dan Hilirisasi RI, Riyatno.

Dia menyampaikan, potensi tersebut tidak hanya mencerminkan pertumbuhan, namun juga peluang strategis untuk menarik investasi.

“Investasi menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia terbesar kedua sebesar 29,15 persen pada tahun lalu. Di tengah situasi yang penuh tantangan saat ini, ekonomi digital dan data center menjadi salah satu sektor industri prioritas yang berpotensi besar terhadap investasi," ujarnya dalam Grab Business Forum 2025, seperti dikutip dari siaran pers, Selasa, 13 Mei 2025.

"Tahun ini, ekonomi digital Indonesia diproyeksikan mencapai US$130 miliar atau 44 persen dari total proyeksi ekonomi digital di Asia Tenggara. Tentu ini potensi yang sangat besar. Karena itu kami mendorong kolaborasi triple helix yakni sinergi antara pemerintah, industri, dan juga akademisi untuk mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih baik,” kata dia.

Sejalan dengan itu, Ekonom Senior sekaligus mantan Menteri Keuangan RI periode 2013–2014, Chatib Basri, menekankan pentingnya kemampuan beradaptasi di tengah ketidakpastian yang tak terhindarkan. 

“Keberanian dalam bisnis dan ekonomi bukan soal berani ambil risiko semata, tapi tentang bagaimana tetap berpijak dan responsif ketika masa depan tidak pasti. Dan itu hanya bisa dicapai jika kita terbiasa jatuh, namun jatuh dengan selamat,” kata dia.

Chatib juga menilai Indonesia memiliki daya tahan yang relatif baik di tengah tekanan global, antara lain karena rendahnya rasio ekspor terhadap PDB serta ketergantungan yang minim terhadap pasar AS.

“Indonesia mungkin bukan yang paling gemilang, tapi justru karena dunia sedang dalam masalah, kita menjadi relatif lebih menarik,” lanjutnya.

Melengkapi pandangan dari pemerintah dan akademisi, sektor swasta pun mendorong adopsi teknologi dan strategi kolaboratif. “Di tengah pasar yang semakin dinamis, optimisme tetap menjadi relevan. Navigasi bisnis hari ini bukan soal menunggu kepastian, tapi bagaimana bertransformasi cepat lewat informasi data dan teknologi,” kata Neneng Goenadi, Country Managing Director, Grab Indonesia.

Lebih lanjut, Roy Nugroho, Director of Grab For Business, turut menekankan pentingnya dukungan platform yang kredibel dalam ekosistem ekonomi digital.

“Keberanian bereksperimen harus dibarengi dengan platform yang terpercaya untuk mendukung produktivitas, efisiensi, dan kontrol di perusahaan,” jelasnya.

Sebagaimana diketahui, berdasarkan laporan World Economic Outlook 2025 dari IMF pada April 2025, pertumbuhan ekonomi global 2025 diproyeksikan melambat ke angka 2,8 persen dari proyeksi sebelumnya sebesar 3,3 persen, seiring eskalasi ketidakpastian kebijakan dan tensi geopolitik global. 

Indonesia sendiri tidak luput dari dampaknya. Meski demikian, ekonomi Indonesia tetap memperlihatkan ketahanan relatif dan tumbuh positif, di mana Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan I 2025 mencapai 4,87 persen.

Halaman Selanjutnya

“Indonesia mungkin bukan yang paling gemilang, tapi justru karena dunia sedang dalam masalah, kita menjadi relatif lebih menarik,” lanjutnya.

Halaman Selanjutnya

Read Entire Article
Sindikasi | Jateng | Apps |