Teladan Inspiratif, Nukila Evanty Berjuang untuk Kesehatan Warga Teluk Sepang

4 hours ago 2

Selasa, 13 Mei 2025 - 21:06 WIB

Bengkulu, VIVA – Aktivis perempuan sekaligus pegiat lingkungan hidup, Nukila Evanty, kembali menegaskan komitmennya dalam memperjuangkan hak-hak masyarakat marjinal, perempuan, dan anak-anak. Kali ini, ia menyambangi kawasan Teluk Sepang, Bengkulu, untuk melakukan riset dan advokasi terkait dampak lingkungan dari aktivitas Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di wilayah tersebut.

Dalam kunjungannya yang berlangsung sejak Januari 2025, Nukila hadir sebagai Ketua Inisiasi Masyarakat Adat (IMA) serta sebagai Climate Reality Leader, bagian dari jaringan pemimpin iklim global yang dibentuk oleh mantan Wakil Presiden Amerika Serikat, Al Gore. Perjalanan advokasinya bertujuan memastikan masyarakat di sekitar proyek energi tetap bisa hidup dalam lingkungan yang sehat dan aman. Scroll lebih lanjut ya.

“Sepanjang jalan menuju Kelurahan Teluk Sepang, saya melihat jalan rusak, penuh debu dan bahkan stockpile batubara yang tanpa penutup,” ungkap Nukila dalam temu media, baru-baru ini.

Kondisi yang dijumpai di lapangan menunjukkan bahwa stockpile batubara—tempat penumpukan batubara yang terbuka—telah menyebabkan polusi udara dan air di kawasan tersebut. Debu batubara yang berterbangan meningkatkan risiko gangguan kesehatan bagi warga sekitar.

“Polusi udara dari stockpile batubara dapat meningkatkan risiko penyakit pernapasan, seperti asma dan bronkitis. Selain itu, debu batubara dapat masuk ke rumah dan menyebabkan masalah kesehatan pada anak-anak dan orang yang rentan,” ujar Nukila.

Ia menekankan bahwa tindakan seperti penutupan stockpile sangat mungkin dilakukan sebagai bentuk penegakan hukum dan perlindungan terhadap lingkungan serta kesehatan publik.

Dalam perjalanannya, Nukila juga bertemu dengan warga bernama Nayumi, seorang perempuan paruh baya yang sempat bekerja di stockpile batubara.

“Ibu Nayumi mengaku mengalami flu dan batuk secara terus menerus sejak 5 tahun terakhir, juga diselingi asma dan demam tinggi,” tuturnya.

Nukila menyampaikan bahwa sejumlah perempuan lain yang tinggal di sekitar kawasan juga mengalami gangguan kesehatan yang serupa, termasuk penyakit kulit seperti gatal, kulit bersisik, hingga rasa terbakar. Situasi ini berlangsung dalam kurun waktu yang tidak sebentar.

“Saya tidak bisa membayangkan kalau orangtua lansia dan anak-anak yang menderita,” tambahnya.

Selain dampak udara, pencemaran air laut di Teluk Sepang juga turut disoroti. Nukila menemui para nelayan di pelabuhan dan tempat pelelangan ikan yang mengaku kesulitan mendapatkan hasil tangkapan seperti dulu.

“Dari cerita mereka, sulit mendapatkan ikan, padahal mereka sudah mengeluarkan modal untuk sewa perahu dan membeli BBM. Bahkan para nelayan ini mengaku bau air laut juga menyengat, pertanda terjadi pencemaran,” ungkapnya.

Pencemaran laut bukan hanya merusak mata pencaharian nelayan, namun juga berdampak pada ekosistem laut. Kematian biota laut menyebabkan ketidakseimbangan ekosistem, hilangnya keanekaragaman hayati, dan menurunnya kualitas air laut yang bisa membahayakan kesehatan manusia.

Nukila menegaskan pentingnya kolaborasi antara masyarakat sipil dan akademisi untuk mendorong transisi energi dari fosil ke energi bersih. Walaupun Indonesia telah menetapkan target bauran Energi Baru Terbarukan (EBT) sebesar 23% pada 2025 dan 31% pada 2050, pelaksanaan di lapangan masih menemui banyak tantangan.

“Saya dan teman-teman pegiat energi bersih akan terus berjuang, bersuara terus karena ingin mengingatkan bahwa peran pemerintah sangat krusial,” katanya.

Halaman Selanjutnya

Nukila menyampaikan bahwa sejumlah perempuan lain yang tinggal di sekitar kawasan juga mengalami gangguan kesehatan yang serupa, termasuk penyakit kulit seperti gatal, kulit bersisik, hingga rasa terbakar. Situasi ini berlangsung dalam kurun waktu yang tidak sebentar.

Halaman Selanjutnya

Read Entire Article
Sindikasi | Jateng | Apps |