Jakarta, VIVA – Badan Gizi Nasional (BGN) kini bekerja keras melampaui batas perencanaan awal demi memenuhi target Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang ditetapkan Presiden Prabowo Subianto.
Deputi Bidang Sistem Tata Kelola BGN, Tigor Pangaribuan menyebut lembaganya kini jungkir balik untuk mengejar target 82,5 juta peserta pada 2025, angka yang jauh melampaui capaian negara-negara maju, seperti Finlandia.
"Tadinya kami membuat rencana itu 15 juta pada tahun ini. Karena kita berpikir seperti Finlandia, itu persiapannya saja 5 tahun lebih kurang, tidak sampai 10 juta (penerima manfaat-red)," katanya dalam forum diskusi “Ada Apa dengan Prabowo?” di Jakarta, Sabtu.
Menu Makan Bergizi Gratis hari pertama di Depok
Photo :
- VIVA.co.id/Rinna Purnama (Depok)
Dikatakan Tigor, rujukan angka di negara paling berbahagia versi laporan World Happiness Report itu diketahuinya saat pertemuan BGN dengan tim dari Finlandia di European Union, baru-baru ini.
Tigor mengungkapkan awalnya BGN hanya merancang program MBG untuk menjangkau 15 juta anak pada 2025. Target yang awalnya sudah dianggap paling ambisius, mengingat tantangan logistik dan infrastruktur, termasuk menyiapkan ribuan dapur layanan gizi yang harus memenuhi standar harian.
Menurut Tigor, keputusan mendadak untuk mengubah capai target itu diambil usai Presiden Prabowo menyaksikan langsung antusiasme siswa dan orang tua terhadap program MBG di sekolah.
Banyak yang belum kebagian, bahkan mendatangi presiden secara langsung meminta kejelasan kapan mereka akan ikut menikmati layanan serupa, kata Tigor.
Dikatakan Tigor, situasi tersebut mengubah total strategi BGN, dari rencana awal membangun 5.000 dapur layanan atau Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG), kini melonjak jadi 30 ribu unit agar bisa melayani seluruh peserta dalam satu tahun. Setiap dapur ditargetkan melayani sekitar 3.000 anak per hari.
“Membahas ini, kami langsung jungkir balik. Gimana caranya menyediakan 30 ribu satuan pelayanan pemenuhan gizinya? Karena kan proses pemberian makannya dengan dapur-dapur yang melayani 3 ribu anak per hari," katanya. (Ant)
Halaman Selanjutnya
Banyak yang belum kebagian, bahkan mendatangi presiden secara langsung meminta kejelasan kapan mereka akan ikut menikmati layanan serupa, kata Tigor.