Jakarta, VIVA – President and Chief Executive Officer Fast Retailing, perusahaan induk dari jenama pakaian Uniqlo, Tadashi Yanai mengungkapkan, sejumlah kegagalan dan pengalaman merek tersebut untuk memperluas bisnis. Sehingga, menjadikan perusahaan ritel pakaian yang dipimpinnya menjadi nomor tiga terbesar di dunia.
Pengalaman tersebut antara lain kerugian di pasar Inggris dan China, serta berkolaborasi dengan desainer terkemuka global. Tadashi menegaskan, untuk memperkuat cakupan bisnis secara global, perlu adanya pembelajaran lewat kegagalan yang dibuat.
Tadashi mengatakan, ketika ekspansi ke pasar Inggris, perusahaan mengalami kerugian hingga US$120 juta atau sekitar Rp1,9 triliun, karena tak berfokus membuka gerai ritel.
"Kita menempatkan 21 gerai, dan berakhir dengan saya menutup 16 gerainya," ucap Tadashi dalam acara Forbes Global CEO Conference di Jakarta, Rabu, 15 Oktober 2025.
Gaya baju bertumpuk ala Uniqlo
Pengalaman selanjutnya berasal dari pasar China. Sebelum menikmati keberhasilan di pasar negara tersebut, ia menyampaikan perusahaannya sempat gagal karena menjual pakaian dengan harga yang murah. Padahal dari pandangan masyarakat China harga barang menentukan kualitas.
"Kami mulai menawarkan pakaian yang murah," kata dia.
"Tapi, itu adalah kesalahan. Karena orang China selalu percaya bahwa harga mencerminkan kualitas," ucap Tadashi lagi.
Dari kegagalan tersebut dikatakannya dirinya belajar untuk menjadi sukses, sehingga berhasil melakukan ekspansi ke Korea, Indonesia, Vietnam dan Singapura.
Selanjutnya dirinya juga melakukan kolaborasi dengan desainer terkenal dunia, Jill Sander yang berhasil membawa kesuksesan penjualan produknya.
Mengutip dari laman resmi Fast Retailing, Uniqlo internasional pada periode September 2024 hingga Agustus 2025 memperoleh pendapatan 1,9102 triliun yen atau sekitar Rp210 triliun. Angka tersebut naik 11,6 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya, dengan keuntungan bisnis mencapai 305,3 miliar yen atau Rp33 triliun. (Ant)
Dicurhati Pengusaha Soal Rumitnya Urus Perizinan, Purbaya: Kebanyakan Izin, Bisnis Kusut
Purbaya mengaku juga meminta masukan dari para asosiasi pengusaha yang hadir, guna memperbaiki iklim bisnis ke depannya.
VIVA.co.id
15 Oktober 2025