Dunia di Ambang Resesi, Menko Airlangga Puji Kehadiran Bank Emas di Indonesia

1 week ago 8

Selasa, 8 April 2025 - 17:44 WIB

Jakarta, VIVA – Kebijakan tarif impor yang telah diumumkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, menggegerkan perekonomian global. Kenaikan tarif terhadap produk-produk dari berbagai negara, termasuk Indonesia, menyebabkan ketidakpastian dan kemungkinan resesi dunia.

Pemerintah Indonesia pun mengambil langkah hati-hati dengan mengedepankan jalur diplomasi dan negosiasi. Hal tersebut disampaikan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto.

Dia menjelaskan, bahwa kebijakan Trump telah berdampak signifikan terhadap berbagai komoditas utama. “Akibat Trump 2.0 beberapa komoditas turun, fruit oil turun hampir 30 persen, brent juga turun 28 persen, batubara turun 24 persen,” ujarnya di Jakarta pada Selasa, 8 April 2025.

“Satu-satunya yang naik adalah emas. Jadi, Pak Presiden, launching bank bullion tepat waktu, karena ini komoditas yang recession-proof safe haven, yaitu dolar dan emas," jelasnya.

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto di Sarasehan Ekonomi bersama Presiden

Selain minyak dan batu bara, Airlangga juga mencatat penurunan harga pada kedelai, gandum, CPO, dan beras. Situasi ini menurutnya menunjukkan kondisi serius yang perlu diwaspadai.

“Dan berdasarkan ini, kita harus hati-hati terhadap kemungkinan resesi dunia,” ujarnya.

Sejumlah negara pun mengambil langkah berbeda dalam merespons kebijakan Amerika. “Respons global, China retaliasi, barang impor dinaikkan 34 persen, Vietnam minta tarif turun dan ditunda dan Amerika belum menerima usulan ini. Kemudian, India tidak melakukan retaliasi, Malaysia mengikuti negara ASEAN dan Indonesia tidak melakukan retaliasi dan melakukan pendekatan diplomatik," ungkapnya.

Indonesia, sambung Airlangga, juga memilih menjelaskan langkah negosiasi. “Arahan Bapak Presiden untuk merespons ini dalam beberapa kali pembicaraan dan rapat, Indonesia memilih jalur negosiasi karena Amerika adalah mitra strategis," ujar dia.

Salah satu upaya yang kini sedang digarap pemerintah adalah revitalisasi perjanjian dagang dan investasi yang terakhir dibahas lewat TIFA pada tahun 1996. "Malaysia juga akan mendekati Indonesia melakukan perjanjian TIFA dan sejumlah kebijakan antara lain deregulasi non-tariff measures, ini antara lain yang diminta Amerika, ICT untuk TKDN, terutama dari investasi Amerika yang ada di Pulau Batam," kata Airlangga.

Halaman Selanjutnya

Sejumlah negara pun mengambil langkah berbeda dalam merespons kebijakan Amerika. “Respons global, China retaliasi, barang impor dinaikkan 34 persen, Vietnam minta tarif turun dan ditunda dan Amerika belum menerima usulan ini. Kemudian, India tidak melakukan retaliasi, Malaysia mengikuti negara ASEAN dan Indonesia tidak melakukan retaliasi dan melakukan pendekatan diplomatik," ungkapnya.

Halaman Selanjutnya

Read Entire Article
Sindikasi | Jateng | Apps |