Kantongi Laba Bersih Rp96,7 Miliar pada Kuartal I-2025, Intip Strategi Seabank Genjot Kinerja Bisnis

7 hours ago 1

Selasa, 20 Mei 2025 - 11:10 WIB

Jakarta, VIVA – PT Bank Seabank Indonesia atau SeaBank melaporkan kinerja keuangan untuk periode kuartal I-2025. Perusahaan bank digital membukukan laba bersih tahun berjalan setelah pajak sebesar Rp 96,7 miliar.

Laba bersih tersebut naik dari tahun sebelumnya sebesar Rp 51,5 miliar. Ini sejalan dengan laba operasional naik dua kali lipat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya menjadi Rp 124,1 miliar dari Rp 62,4 miliar. 

"Saya meyakini bahwa industri perbankan stabil. Kita  berharap juga tahun ini secara industri akan bertumbuh bahkan membaik," ujar Direktur Utama Seabank Sasmaya Tuhuleley saat ditemui di kantornya di Jakarta pada Senin, 19 Mei 2025.

Sasmaya menaksir pertumbuhan laba perusahaan sekitar 88 persen di sepanjang tiga bulan awal tahun 2025 ini. Ia menjelaskan, lonjakan laba ditunjang pertumbuhan bisnis di mana aset melonjak 16 persen secara year on year (yoy) menjadi Rp 37,3 triliun dari sebelumnya sebesar Rp 34,5 triliun. 

Pertumbuhan aset sejalan dengan kenaikan EBITDA dan dana pihak ketiga (DPK). DPK pada kuartal I-2025 mencapai Rp 27 triliun atau naik 10 persen secara tahunan. Sedangkan pertumbuhan EBITDA masih di kisaran 4-5 persen secara yoy. 

Komposisi rasio CASA (Current Account Saving Account) menunjukkan kondisi yang lebih baik, yaitu naik menjadi 66,78 persen sementara di periode yang sama tahun sebelumnya di angka 64,49 persen. Dari sisi sisi kredit, Seabank telah menyalurkan kredit sebesar Rp 25 triliun atau meningkat 36 persen secara yoy.

"Penyaluran kredit yang lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan dana karena debilitas masih baik karena secara total DPK lebih besar daripada kredit jadi dengan pertumbuhan kredit yang lebih besar sehingga tidak ada masalah dalam debilitas," jelas Sasmaya. 

Lebih lanjut, Sasmaya memaparkan tingkat rasio kredit bermasalah (NPL gross) masih terjaga di angka sekitar 1,57 persen. Ia menegaskan penurunan nilai NPL gros mencerminkan kondisi keuangan perusahaan yang semakin baik. 

Return on Asset (ROA) pada kuartal I-2025 tercatat naik menjadi 1,40 persen dibanding tahun sebelumnya di level 0,82 persen. Kemudian, ROE juga melonjak hampir dua kali lipat menjadi 6,74 persen dari sebelumnya sebesar 3,88 persen.

Indikator keuangan yang juga disoroti Seabank adalah aktivitas transaksi harian nasabah. Di mana sampai 31 Maret 2025, transaksi harian tercatat mencapai 5,9 juta transaksi baik cash in, cash out, transfer, pembayaran QRIS, dan lainnya. 

"Ini mencerminkan Seabank sebagai retail banking yang cukup aktif," imbuh Sasmaya. 

Wakil Direktur Utama Seabank Junedy Liu menambahkan, fokus perusahaan untuk tahun di tahun ini masih sama seperti tahun-tahun sebelumnya. Di mana Seabank ingin terus memperbanyak jumlah pengguna melihat potensi yang masih sangat besar seiring melakukan berbagai cara guna meningkatkan inklusi keuangan di tanah air. 

Junedy membocorkan akan diluncurkan beberapa fitur terbaru di tahun 2025, terutama di segmen cash loan dan direct debit. Seabank akan bekerja sama dengan jaringan ATM milik bank konvensional untuk menerbitkan kartu fisik guna menumbuhkan kepercayaan di kalangan masyarakat terhadap perusahaan. 

Selanjutnya adalah penguatan kapabilitas internal. Hal ini tidak melulu tentang teknologi tetapi juga berkaitan kemampuan manajemen risiko, kapabilitas teknis hingga kekuatan organisasi yang akan diperbaiki secara berkelanjutan. 

Junedy melihat sebagai pelaku industri bank digital memiliki satu keuntungan dalam mendorong peningkatan inklusi keuangan. Namun, menurutnya tidak bisa hanya mengandalkan edukasi saja tetapi juga penting untuk berkolaborasi dengan banyak pihak, baik regulator, kementerian terkait, pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) hingga berbagai universitas. 

"Kami berharap dengan edukasi ini dapat melengkapi upaya inklusi kami jadi benar-benar bisa membantu dan bertemu dengan nasabah-nasabah," tutup Junedy. 

Halaman Selanjutnya

"Penyaluran kredit yang lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan dana karena debilitas masih baik karena secara total DPK lebih besar daripada kredit jadi dengan pertumbuhan kredit yang lebih besar sehingga tidak ada masalah dalam debilitas," jelas Sasmaya. 

Halaman Selanjutnya

Read Entire Article
Sindikasi | Jateng | Apps |