Kecurangan UTBK 2025 Terungkap! Joki Ramai-ramai Incar Kursi Prodi Kedokteran

2 hours ago 1

Rabu, 30 April 2025 - 08:58 WIB

Jakarta, VIVA – Panitia Seleksi Nasional Penerimaan Mahasiswa Baru (SNPMB) mengungkap temuan mengejutkan selama pelaksanaan Ujian Tulis Berbasis Komputer Seleksi Nasional Berdasarkan Tes (UTBK SNBT) 2025.

Dari sesi 1 hingga sesi 12, teridentifikasi praktik kecurangan yang melibatkan peserta dan joki, dengan mayoritas kasus mengarah pada pendaftar Fakultas Kedokteran.

UTBK SNBT tahun ini digelar dalam satu gelombang, berlangsung sejak 23 April hingga 5 Mei 2025. Ketatnya persaingan membuat sebagian calon mahasiswa memilih jalan pintas demi mengamankan kursi di perguruan tinggi negeri (PTN) favorit mereka.

SNPMB mencatat, setidaknya 20 peserta terlibat dalam praktik kecurangan tersebut. Mereka diketahui bekerja sama dengan sekitar 10 joki untuk mengerjakan soal ujian di 13 lokasi.

Ketua Tim Penanggungjawab Seleksi SNPMB 2025, Eduart Wolok

Menariknya, sebagian besar peserta yang menggunakan jasa joki memilih program studi Kedokteran—bidang yang setiap tahun mencatatkan peminat terbanyak dan tingkat persaingan tertinggi.

"Yang menarik dan yang bermasalah ini, mayoritas pilihan prodi adalah Fakultas Kedokteran," kata  Ketua Umum Tim Penanggung Jawab SNPMB, Eduart Wolok, dalam Konferensi Pers Kecurangan yang Terjadi Selama Pelaksanaan UTBK 2025 Sesi 1 sampai Sesi 12, di Auditorium Gedung Kemendikbudristek, Senayan, Jakarta, Selasa 29 April 2025.

Eduart memaparkan bahwa sistem kerja sama antara peserta dan joki melibatkan pembayaran biaya operasional di awal. Jika peserta lulus, maka pembayaran tambahan akan dilakukan. Jika gagal, dana operasional hangus.

"Kalau tidak lulus ya operasional tadi hangus," ujar Eduart.

Melihat praktik ini, Eduart mengingatkan seluruh peserta dan orang tua untuk tidak tergoda menggunakan cara curang demi masuk PTN.

"Kami itu ingin konsentrasi memberikan soal yang baik, memberikan proses seleksi yang baik, bukan harus berhadapan dengan proses kecurangan seperti ini. Idealnya kan kecurangan seperti ini tidak ada. Kalaupun kecurangan seperti ini ada, berarti kan ada, istilahnya apa ya? Ada  pasarnya," jelasnya.

Eduart menekankan bahwa pasar untuk praktik joki tidak akan tumbuh jika tidak ada peminat. "Andaikan saja peserta dan orang tua tidak menggunakan layanan dan cara seperti ini, pasti tidak akan laku. Ini yang perlu digaris bawahi," tutupnya.

Halaman Selanjutnya

Eduart memaparkan bahwa sistem kerja sama antara peserta dan joki melibatkan pembayaran biaya operasional di awal. Jika peserta lulus, maka pembayaran tambahan akan dilakukan. Jika gagal, dana operasional hangus.

Halaman Selanjutnya

Read Entire Article
Sindikasi | Jateng | Apps |