Jakarta, VIVA – Dunia tengah berduka atas kepergian Paus Fransiskus, Senin, 21 April 2025. Pemimpin tertinggi umat Katolik itu, mengembuskan napas terakhirnya di usia 88 tahun, hanya satu hari setelah kemunculan publik terakhir yang menyentuh hati jutaan umat di seluruh dunia.
Pada Minggu Paskah, 20 April 2025, Paus Fransiskus yang saat itu masih dalam masa pemulihan dari pneumonia parah, sempat tampil di Lapangan Santo Petrus, Vatikan. Ribuan orang yang hadir sontak bersorak ketika Paus muncul di balkon loggia Basilika dan menyampaikan salam penuh semangat.
“Saudara-saudari, Selamat Paskah!" ujarnya seperti dikutip dari The Guardian, Senin, 21 April 2025. Suaranya, terdengar lebih kuat dari beberapa pekan terakhir, membuat umat bergembira dan meneriakkan, “Viva il Papa!” dan “Bravo!”
Kemunculan itu dilanjutkan dengan kejutan ketika Paus menaiki mobil paus terbuka, mengelilingi lapangan, bahkan naik-turun jalan utama di depan basilika. Dia beberapa kali berhenti untuk memberkati bayi yang dibawa umat kepadanya.
Paus Fransiskus saat datang ke Indonesia
Photo :
- AP Photo/Tatan Syuflana
“Ini luar biasa, sebuah mukjizat,” kata Margarita Torres Hernández, peziarah dari Meksiko. “Sekarang beliau muncul, bagi saya ini mukjizat, sesuatu yang sangat besar dan sangat indah.”
Marcin Popowsky, peziarah asal Polandia juga ikut terharu. “Kami sangat senang bisa melihat Paus dalam kondisi baik,” ujarnya.
Meski tidak memimpin langsung misa Paskah dan menyerahkannya kepada Kardinal Angelo Comastri, kehadiran Paus saat itu, tetap membawa harapan dan kekuatan bagi umat. Bahkan di tengah keterbatasan kesehatannya, dia sempat menerima Wakil Presiden AS JD Vance di kediamannya untuk bertukar salam Paskah.
Dalam pesan Urbi et Orbi yang dibacakan atas namanya, Paus Fransiskus mengingatkan dunia bahwa Paskah adalah momen kebangkitan, namun juga saat untuk peduli pada yang tersisih, rentan, dan para migran.
“Gunakan momen ini untuk hidupkan kembali kepercayaan pada sesama, termasuk mereka yang berbeda, datang dari negeri jauh, membawa budaya dan cara hidup yang asing. Kita semua anak-anak Allah,” tulisnya.
Dia juga menyerukan perdamaian dan solidaritas untuk rakyat di Palestina, Israel, Ukraina, Sudan, Kongo, Myanmar dan wilayah lain yang dilanda konflik. “Saya menyerukan pada para pemimpin dunia, jangan tunduk pada logika ketakutan, tapi gunakan sumber daya untuk bantu yang membutuhkan. Ini adalah senjata perdamaian sejati,” ujarnya.
Sebelumnya, dokter yang merawat Paus mengungkap, bahwa kondisinya sempat sangat kritis. “Kami dihadapkan pada pilihan, membiarkannya pergi atau berjuang dengan risiko besar. Kami memilih berjuang,” kata Dr Sergio Alfieri dari Rumah Sakit Gemelli.
Namun hari ini, umat Katolik di seluruh dunia mengucapkan selamat jalan untuk Paus Fransiskus yang telah berpulang.
Halaman Selanjutnya
Meski tidak memimpin langsung misa Paskah dan menyerahkannya kepada Kardinal Angelo Comastri, kehadiran Paus saat itu, tetap membawa harapan dan kekuatan bagi umat. Bahkan di tengah keterbatasan kesehatannya, dia sempat menerima Wakil Presiden AS JD Vance di kediamannya untuk bertukar salam Paskah.