Kepergian Miarsih Srimulat, Sosok Perempuan Pionir di Dunia Lawak Indonesia

5 hours ago 1

Kamis, 22 Mei 2025 - 14:33 WIB

VIVA – Dunia seni hiburan Indonesia kembali kehilangan salah satu ikon legendarisnya, Miarsih Srimulat. Aktris dan pelawak senior ini menghembuskan napas terakhir pada usia 73 tahun pada Senin, 19 Mei 2025, di Rumah Sakit Haji, Surabaya. Kabar duka tersebut disampaikan oleh Persatuan Seniman Komedi Indonesia (PASKI) melalui akun Instagram resminya.

Miarsih meninggal dunia akibat komplikasi penyakit diabetes dan gangguan ginjal yang telah lama dideritanya. Fungsi ginjalnya yang menurun drastis hingga hanya tersisa 15 persen memaksanya untuk menjalani cuci darah secara rutin. Setelah melalui masa kritis, Miarsih akhirnya berpulang dan dimakamkan di Tempat Pemakaman Umum Keputih, Surabaya, tempat yang sama dengan suaminya yang telah lebih dulu meninggal.

Miarsih, yang memiliki nama lengkap Sri Sumiarsih, lahir pada tahun 1952. Sebelum dikenal luas sebagai bagian dari Srimulat, Miarsih memulai perjalanan seni di dunia ketoprak Wargo Utomo dan sandiwara keliling. Dunia panggung sudah tidak asing lagi baginya sejak usia belasan, dan dia semakin mengasah kemampuan aktingnya untuk menghidupkan beragam karakter.

Pada 1972, Miarsih resmi bergabung dengan Srimulat cabang Surabaya atas ajakan pamannya, Totok Hidayat, yang juga seorang pelawak senior. Dalam usia 18 tahun, Miarsih berhasil lolos seleksi peran sebagai Roro Mendut, yang menjadi pintu gerbang kesuksesannya di dunia komedi Indonesia.

Dalam struktur pertunjukan Srimulat, posisi "batur" biasanya diisi oleh pria. Namun, Miarsih berhasil mendobrak tradisi tersebut. Sebagai batur, dia memegang peran penting sebagai pembuka yang sering kali mengantar penonton memasuki cerita utama. Miarsih menjadi salah satu perempuan langka yang mampu mengisi posisi ini dengan sangat baik, menjadikannya salah satu pilar sukses dalam pertunjukan Srimulat.

Keahliannya dalam menyampaikan monolog dengan penghayatan dan kelucuan yang tinggi menjadi penentu apakah penonton akan terus terlibat atau kehilangan minat. Selain piawai mengocok perut, Miarsih juga dikenal sebagai seorang aktris yang mampu memerankan tokoh antagonis dengan sangat meyakinkan, menunjukkan fleksibilitas luar biasa dalam aktingnya.

Miarsih dikenal sebagai sosok yang sangat profesional dalam menjalani kariernya. Dia tidak mempermasalahkan siapa pun dengan siapa dia beradu akting, termasuk dengan Jujuk Juwariah, istri pendiri Srimulat, Teguh Slamet Rahardjo. Baginya, semua orang di atas panggung adalah rekan seprofesi. Sikap profesionalnya selalu dia jaga, dan setelah pertunjukan selesai, baru hubungan kekeluargaan dan hirarki berlaku.

Miarsih juga sangat berdedikasi terhadap seni peran. Ketika memerankan tokoh orang gila, misalnya, dia melakukan riset langsung ke rumah sakit jiwa untuk mengamati perilaku pasien agar bisa tampil meyakinkan di atas panggung. Kerendahan hatinya juga terlihat dari kesediaannya menerima kritik, baik dari rekan maupun seniornya, untuk terus mengevaluasi diri agar bisa tampil lebih baik.

Seiring dengan menurunnya popularitas Srimulat di layar kaca pada pertengahan 1980-an, Miarsih memilih untuk menjalani kehidupan yang lebih sederhana. Dia tinggal di Rusunawa Keputih, sebuah tempat yang disediakan Pemerintah Kota Surabaya sebagai bentuk apresiasi terhadap seniman berprestasi.

Meski tidak lagi tampil rutin di layar kaca, Miarsih tetap aktif dalam beberapa proyek seni. Dia pernah muncul dalam film Cocote Tonggo sebagai ibu tukang pijat dan dalam serial Lara Ati sebagai Ibu Fadly. Selain itu, Miarsih juga menjalani hari-hari dengan membuka warung, menjalani hidup yang sederhana namun penuh arti.

Miarsih Srimulat bukan hanya seorang pelawak. Dia adalah pelopor dan teladan dalam dunia komedi Indonesia, serta seorang figur yang akan selalu dikenang oleh para penggemarnya.

Halaman Selanjutnya

Miarsih juga sangat berdedikasi terhadap seni peran. Ketika memerankan tokoh orang gila, misalnya, dia melakukan riset langsung ke rumah sakit jiwa untuk mengamati perilaku pasien agar bisa tampil meyakinkan di atas panggung. Kerendahan hatinya juga terlihat dari kesediaannya menerima kritik, baik dari rekan maupun seniornya, untuk terus mengevaluasi diri agar bisa tampil lebih baik.

Halaman Selanjutnya

Read Entire Article
Sindikasi | Jateng | Apps |