KLB Keracunan, Ternyata Ditemukan Bakteri Ecoli dan Salmonella di MBG Bogor

6 hours ago 2

Bogor, VIVA – Wali Kota Bogor, Dedie A. Rachim telah menetapkan kasus 214 siswa  yang mengalami keracunan usai menyantap menu Makanan Bergizi Gratis atau MBG di Kota Bogor sebagai kejadian luar biasa (KLB). 

Dedie mengaku telah menerima hasil pemeriksaan laboratorium kesehatan daerah (Labkesda) Kota Bogor dari pemeriksaan sisa makanan kejadiaan dugaan keracunan.

Berdasarkan hasil pemeriksaan sampel sisa makanan berupa nasi, telur mata sapi, tahu, tumis toge serta beberapa bahan lainnya yang dilakukan selama kurang lebih 4 hari terakhir, hasilnya menunjukkan bahwa beberapa bahan itu ternyata mengandung bakteri e.coli dan salmonella.

"Bakteri e.coli dan salmonella ini didapat dari dua jenis makanan yang disajikan kepada siswa, mengakibatkan lebih dari 200 siswa terdampak," kata Dedie A. Rachim dikutip Selasa, 13 Mei 2025.

Wali Kota Bogor Dedie A Rachim

Untuk pemeriksaan tambahan lainnya berupa air dan pemeriksaan langsung kepada tubuh dari siswa yang harus diperiksa lebih dalam, hasilnya belum diketahui.

Dari hasil pemeriksaan pada pelajar yang terdampak, Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor menegaskan ke depan peristiwa serupa tidak boleh terjadi lagi.

"Kita juga meminta mungkin SOP nya lebih diperketat lagi, dan mungkin juga pengawasan, jadi jangan kemudian dianggap sepele karena ini betul-betul menurut kami ini sesuatu yang sangat serius, mengingat saat terdampak adanya dugaan keracunan makanan, maka Pemerintah kota Bogor harus ikut serta terlibat terutama di penanganan medisnya," tegas Dedie Rachim.

Atas kejadian, Pemkot Bogor mengeluarkan peringatan Kejadian Luar Biasa (KLB) untuk memastikan penanganan medis di Rumah sakit seluruh kota Bogor ini bisa ditangani oleh APBD Kota Bogor.

"Intinya ini jadi tanggung jawab kita bersama, ke depan harus kita perbaiki dan jangan sampai terjadi lagi, karena ini betul- betul harus menjadi perhatian kita bersama," tutur Dedie Rachim.

Saat ini, lanjut Dedie Rachim, masih ada siswa yang dirawat, namun jumlahnya terus menurun sebab kondisi para pelajar semakin membaik.

BGN Bertanggungjawab

Deputi Bidang Sistem dan Tata Kelola Badan Gizi Nasional, Tigor Pangaribuan   mengatakan timnya langsung mengambil tindakan untuk mengetahui penyebabnya dengan melakukan uji laboratorium mulai dari bahan serta makanan yang dimasak, sekaligus memberikan teguran peringatan kepada Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang bertanggung jawab dalam pengelolaan makanan tersebut.

"Jika terjadi seperti ini kami itu biasa langsung ambil tindakan. Satu, cek sampel makanannya, benar enggak? Ini valid enggak? Memang benar dari makanannya gitu kan. Sampel makanan selalu ada. Kalau memang valid itu sampel makanan, misalnya ada tongkol yang kurang baik, maka kami melakukan teguran keras itu kepada satuan pelayanan jika melakukan hal tersebut," katanya.

Ia menekankan pihaknya tetap akan bertanggung jawab dalam penanganan medis dan pembiayaan kepada para korban.

"Kemudian yang kedua, yang menjadi korban diberikan asuransi untuk membayar biaya kesehatannya. Kami bekerja sama dengan puskesmas (menanggung) seluruh biaya pengobatan itu oleh BGN," lanjutnya.

Bagi SPPG terkait, jelas Tigor, maka akan diberikan lagi pelatihan terutama bagian penjamah makanan, mencegah tidak terjadi lagi keracunan akibat MBG.

Selain itu, BGN akan menyetop pemasok bahan makanan tersebut apabila ditemukan ketidaksegaran atau kejanggalan lainnya.

"Membeli bahan makanan kan itu dengan supplier ya, nah dia harus cek supplier itu dari mana dia dapatnya. Kalau sumbernya itu dari bahan makanan, jadi bahan makanannya harus kita cek dari mana asal supplier-nya. Begitu kita tahu supplier-nya maka kita akan berikan teguran ke supplier tersebut. Kalau dia tidak ada perbaikan kita setop supplier tersebut," jelas Tigor.

Tigor menambahkan misi Presiden RI Prabowo Subianto adalah agar pelaksanaan Program MBG ini sebisa mungkin tidak terjadi lagi kasus keracunan dan itu juga menjadi harapan BGN. Maka dari itu, BGN terus berupaya agar kejadian serupa tidak terulang lagi.

"BGN itu sangat ingin menjalankan makan bergizi ini dengan zero accident, dengan zero kasus keracunan, ini menjadi misi kami. Bayangin ini 1.200 (dapur MBG). Jumlah pengawas kita ini hanya 3 direktur. Dan juga saat ini, hanya sekitar dua puluhan pegawai kita. Nah tentu kita sangat berharap kalaupun ada kasus-kasus yang dianggap ya itu dari bahan pangan, makanya harus kita teliti dulu," ucap Tigor Pangaribuan.

Halaman Selanjutnya

Atas kejadian, Pemkot Bogor mengeluarkan peringatan Kejadian Luar Biasa (KLB) untuk memastikan penanganan medis di Rumah sakit seluruh kota Bogor ini bisa ditangani oleh APBD Kota Bogor.

Halaman Selanjutnya

Read Entire Article
Sindikasi | Jateng | Apps |