Penjaga Tak Terlihat Vatikan, Perang Sunyi Melawan Serangan Siber

8 hours ago 3

Selasa, 13 Mei 2025 - 16:33 WIB

Vatikan, VIVA – Saat Paus Leo XIV yang baru terpilih mengambil alih tampuk kepemimpinan Gereja Katolik, sebuah pasukan tak berseragam sedang bekerja dalam senyap untuk menjaga Tahta Suci dari ancaman era digital.

Mereka bukan pastor, bukan kardinal, melainkan para ahli keamanan siber dari berbagai belahan dunia yang menyebut diri mereka Vatican CyberVolunteers.

Kelompok ini mulai aktif sejak 2022. Anggotanya sekitar 90 orang profesional keamanan digital, setengah beragama Katolik, setengah lainnya hanya terdorong oleh niat baik. Misi mereka jelas: menjaga Vatikan dari serangan siber yang terus meningkat.

“Kami seperti Garda Swiss yang menyediakan keamanan untuk Vatikan, tetapi digital,” ujar pendiri kelompok ini, Joseph Shenouda, dikutip dari POLITICO, Selasa 13 Mei 2025.

Sejak aktif, kelompok ini telah membantu menangkal berbagai jenis serangan siber, mulai dari upaya phishing yang menyasar akun para kardinal hingga serangan DDoS yang mencoba melumpuhkan situs resmi Vatikan.

Mereka bahkan menemukan pemancar Wi-Fi berbahaya yang diselundupkan ke sekitar area Kota Vatikan untuk menjebak staf agar membocorkan data sensitif.

Para relawan tak hanya bertahan di balik layar. Mereka aktif berbagi intelijen siber, menyediakan kapasitas cloud gratis untuk keperluan darurat, serta melakukan penetration test, yakni simulasi peretasan guna mendeteksi dan memperbaiki celah keamanan.

Namun, medan tempur mereka bukan tanpa tantangan besar. Dalam Indeks Keamanan Siber Global 2024 milik Persatuan Telekomunikasi Internasional (ITU), Vatikan masuk kategori negara dengan performa keamanan siber terendah (tingkat 5), setara dengan Afghanistan dan Yaman. Bahkan untuk indikator langkah teknis, skornya nol dari 20 poin.

“Kami menemukan banyak bug dan kami menyalurkan (informasi) itu ke Vatikan,” kata Shenouda.

Dalam 12 bulan terakhir, volume serangan meningkat tajam dan melonjak 150 persen. Shenouda menyebut bahwa level ancaman yang dihadapi Vatikan kini hanya satu tingkat di bawah maksimum dalam sistem peringatan digital. Risikonya: tinggi.

Kasus-kasus terdahulu membuktikan Vatikan memang incaran empuk. Pada Juli 2020, kelompok peretas negara asal Tiongkok bernama RedDelta dilaporkan mencoba membobol email Keuskupan Hong Kong dan Vatikan di tengah negosiasi sensitif terkait pemilihan uskup.

Sementara pada 2022, situs Vatikan sempat tumbang sehari setelah Paus Fransiskus mengecam invasi Rusia ke Ukraina.

Bug dan Spionase: Dari Kapel ke Cloud

Spionase terhadap Vatikan bukan hal baru, bahkan telah berlangsung selama berabad-abad. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, fokus ancaman berpindah ke dunia maya.

Sejak 2019, Paus Fransiskus menunjuk Gianluca Gauzzi Broccoletti, seorang pakar siber, sebagai kepala layanan keamanan dan perlindungan sipil.

Serangan hacker atau siber.

Upaya peningkatan keamanan juga menyasar konklaf, momen paling tertutup dalam pemilihan Paus. POLITICO melaporkan bahwa selama konklaf terbaru, Kapel Sistina disterilkan dari alat penyadap dan dipasangi pengacau sinyal.

Para kardinal bahkan mengganti laptop dan ponsel dengan jam alarm analog dan jam tangan biasa demi keamanan mutlak.

Konklaf 2013 pun sudah memanfaatkan sangkar Faraday untuk memblokir sinyal elektromagnetik, menurut laporan Reuters.

Meski sukses mencegah penyadapan, respons terhadap serangan siber langsung masih lemah.

Shenouda menyebut Vatikan belum memiliki sistem pengawasan independen terhadap keamanan digital yang disediakan penyedia jasa pihak ketiga. Ia pun mendorong agar Gereja segera merekrut chief information security officer (CISO) tetap, sebuah posisi vital untuk menetapkan arah dan kebijakan keamanan siber lintas lembaga.

“Ide kami adalah membangunkan mereka karena mereka terus-menerus diserang,” pungkas Shenouda.

Halaman Selanjutnya

Para relawan tak hanya bertahan di balik layar. Mereka aktif berbagi intelijen siber, menyediakan kapasitas cloud gratis untuk keperluan darurat, serta melakukan penetration test, yakni simulasi peretasan guna mendeteksi dan memperbaiki celah keamanan.

Halaman Selanjutnya

Read Entire Article
Sindikasi | Jateng | Apps |