Jakarta, VIVA – Menteri Perdagangan, Budi Santoso menegaskan, Indonesia akan terus berkomitmen memperkuat agenda keberlanjutan di bidang perdagangan, sebagai sarana untuk menyatukan dan memperkuat perekonomian di kawasan.
Hal itu diutarakan Mendag Busan dalam Sesi III Pertemuan Para Menteri Perdagangan Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik atau APEC Ministers Responsible for Trade (APEC MRT) 2025, yang digelar di Jeju, Korea Selatan.
Karenanya, Busan menekankan bahwa untuk mewujudkan visi perdagangan yang berkelanjutan dan berkeadilan, Indonesia siap untuk terus bekerja sama dan berkolaborasi dengan seluruh mitra perdagangan di kawasan.
"Indonesia siap untuk terus bekerja sama dengan seluruh mitra dalam mewujudkan visi bersama, yaitu perdagangan yang berkelanjutan dan berkeadilan," kata Busan dalam keterangannya, Minggu, 18 Mei 2025.
Menteri Perdagangan (Mendag), Budi Santoso
Photo :
- VIVA.co.id/Anisa Aulia
Dia berharap bahwa upaya perdagangan berkelanjutan itu tidak akan menjadi hambatan terselubung, yang justru akan merugikan ekonomi negara-negara berkembang. Maka, Mendag pun menyerukan dialog yang terbuka, transparan, dan inklusif, untuk menghindari potensi proteksionisme modern yang tidak diinginkan.
"Karena itu penguatan kapasitas para pemangku kepentingan menjadi elemen yang sangat penting," ujar Mendag.
Perdagangan berkelanjutan menjadi salah satu solusi yang diusung bersama, di tengah kondisi dunia yang kini ada di persimpangan yang menentukan. Perubahan iklim, fragmentasi geopolitik, dan ketimpangan sosial yang semakin tajam, telah memberikan tekanan nyata terhadap tatanan ekonomi global.
"Krisis yang saling berkaitan ini menuntut komitmen bersama, semangat kolaborasi, serta inovasi yang berkelanjutan," kata Budi.
Mendag Budi menekankan bahwa Indonesia telah mencapai kemajuan dalam tata kelola lingkungan hidup. Dimana hingga Desember 2024, Indonesia telah melakukan restorasi lahan gambut seluas 1,6 juta hektare, di luas konsensi dan rehabilitasi mangrove sebanyak 150.000 hektare.
"Selain itu Indonesia juga telah melakukan inovasi dan pengembangan dalam melindungi lingkungan hidup, dan mempromosikan pembangunan berkelanjutan. Misalnya seperti meluncurkan Bursa Karbon Nasional pertama di bawah pengawasan OJK pada tahun 2023, yang menyediakan insentif berbasis pasar bagi upaya penurunan emisi," ujarnya.
Halaman Selanjutnya
Perdagangan berkelanjutan menjadi salah satu solusi yang diusung bersama, di tengah kondisi dunia yang kini ada di persimpangan yang menentukan. Perubahan iklim, fragmentasi geopolitik, dan ketimpangan sosial yang semakin tajam, telah memberikan tekanan nyata terhadap tatanan ekonomi global.