Pertumbuhan Ekonomi Kawasan Asia Pasifik Diprediksi Melambat, Indonesia Bagaimana?

3 weeks ago 9
Update Warta Live Siang Cermat Terbaru

Rabu, 9 April 2025 - 11:52 WIB

Jakarta, VIVA – Asian Development Bank (ADB) memproyeksikan pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia dan Pasifik yang sedang berkembang, sebesar 4,9 persen pada 2025 atau turun dibandingkan 2024 yang sebesar 5 persen. Pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan sebesar 5 persen pada tahun ini.

Berdasarkan rilis Asian Development Outlook (ADO) April 2025, menekankan bahwa permintaan domestik yang solid dan permintaan global yang kuat untuk semikonduktor yang didorong oleh peningkatan kecerdasan buatan mendukung pertumbuhan. Namun, tarif dan ketidakpastian perdagangan masih menjadi kendala utama.

“Kenaikan tarif, ketidakpastian tentang kebijakan Amerika Serikat, dan kemungkinan meningkatnya ketegangan geopolitik merupakan tantangan yang signifikan terhadap prospek. Ekonomi-ekonomi Asia harus mempertahankan komitmen mereka untuk membuka perdagangan dan investasi, yang telah mendukung pertumbuhan dan ketahanan kawasan ini," ujar Kepala Ekonom ADB Albert Park dalam keterangannya, Rabu, 9 April 2025.

Perkiraan pertumbuhan ini disusun sebelum pengumuman tarif baru oleh pemerintah Amerika Serikat pada tanggal 2 April, sehingga proyeksi dasar hanya mencerminkan tarif yang berlaku sebelumnya. 

Albert mengatakan, ADB memproyeksikan pertumbuhan ekonomi regional turun lebih lanjut menjadi 4,7 persen pada tahun depan. Sedangkan inflasi diproyeksikan akan melandai menjadi 2,3 persentahun ini, dan 2,2 persen tahun depan seiring terus menurunnya harga pangan dan energi global.

Laporan ini mencatat bahwa meskipun ekonomi di kawasan ini cukup tangguh, perubahan yang lebih cepat dan lebih besar dari perkiraan dalam kebijakan perdagangan dan ekonomi Amerika Serikat menimbulkan risiko terhadap prospek. Seiring dengan kenaikan tarif Amerika Serikat, meningkatnya ketidakpastian kebijakan dan tindakan pembalasan dapat memperlambat perdagangan, investasi, dan pertumbuhan.

“Berbagai perekonomian di kawasan Asia dan Pasifik yang sedang berkembang ditopang oleh fundamental yang kuat, sehingga menjadi landasan bagi ketangguhan di tengah lingkungan global yang menantang ini,” jelasnya.

Albert menuturkan, kemerosotan lebih lanjut pasar properti Republik Rakyat Tiongkok (RRT) juga dapat menjadi penghambat pertumbuhan. ADB memproyeksikan RRT akan tumbuh 4,7 persen tahun ini dan 4,3 persen tahun depan, dibandingkan dengan 5,0 persen tahun lalu.

Namun, pertumbuhan lebih kuat di Asia Selatan dan Asia Tenggara, yang didorong oleh permintaan domestik, dan berlanjutnya pemulihan pariwisata di bagian lain kawasan ini, akan mengimbangi sebagian perlambatan di RRT. 

India yang merupakan perekonomian terbesar di Asia Selatan diproyeksikan akan tumbuh 6,7 persen tahun ini dan 6,8 persen tahun depan. Perekonomian di Asia Tenggara diperkirakan bakal tumbuh 4,7 persen tahun ini dan tahun depan.

Menurut ADB, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2025 diproyeksikan sebesar 5 persen. Sementara pada tahun 2026 ekonomi diperkirakan tumbuh 5,1 persen.

Albert mengungkapkan, permintaan eksternal yang lemah diperkirakan akan memberatkan kegiatan perekonomian di kawasan Kaukasus dan Asia Tengah, sehingga pertumbuhan diproyeksikan melambat dari 5,7 persen tahun lalu menjadi 5,4 persen tahun ini, dan 5,0 persentahun depan. 

Di Pasifik, pariwisata masih terus mendukung pertumbuhan, tetapi dengan laju lebih lambat, yang diperkirakan sebesar 3,9 persen tahun ini dan 3,6 persen tahun depan, dibandingkan dengan 4,2 persen tahun lalu.

Halaman Selanjutnya

Albert menuturkan, kemerosotan lebih lanjut pasar properti Republik Rakyat Tiongkok (RRT) juga dapat menjadi penghambat pertumbuhan. ADB memproyeksikan RRT akan tumbuh 4,7 persen tahun ini dan 4,3 persen tahun depan, dibandingkan dengan 5,0 persen tahun lalu.

Halaman Selanjutnya

Read Entire Article
Sindikasi | Jateng | Apps |