Gaza, VIVA – Blokade Israel terhadap bantuan kemanusiaan ke Gaza terus berlangsung, memicu krisis gizi parah yang membahayakan nyawa ribuan anak. Ratusan bayi kini mengalami malnutrisi akut dan berada di ambang kematian.
Laporan NBC News dari Rumah Sakit Nasser di Khan Younis menggambarkan kondisi genting di bangsal neonatal. Ahmad al-Fara, kepala departemen, menghabiskan hari-harinya memantau inkubator yang terus berbunyi, berjuang menjaga nyawa enam bayi prematur di tengah kekurangan pasokan medis.
"Anak-anak ini menghadapi kematian yang lambat," kata al-Fara.
Situasi diperburuk oleh persediaan yang semakin menipis. Marwan al-Hams, Direktur Rumah Sakit Lapangan Gaza, mengatakan kepada NBC News, dikutip Senin 30 Juni 2025.
"Saat ini kami tidak memiliki susu formula bayi Tipe 1 atau 2 di rumah sakit, kami juga tidak memiliki susu formula medis yang kami gunakan dalam inkubator," tambahnya.
Situasi porak-poranda di Jalur Gaza, Palestina
Photo :
- Australian Broadcasting Corporation (ABC)
"Malnutrisi ibu hamil atau menyusui memperburuk situasi, dengan kasus malnutrisi di antara bayi baru lahir dan anak-anak meningkat," tambahnya.
Susu formula alternatif yang tidak cocok untuk bayi baru lahir masih tersedia dalam jumlah sangat terbatas, biasanya dibeli oleh relawan di pasar dengan harga sangat mahal.
Kekurangan nutrisi dasar membuat bayi-bayi Gaza sangat rentan. Dokter melaporkan lonjakan kasus infeksi, pembengkakan, hingga kegagalan organ akibat kekurangan protein. Sejak perang pecah pada 7 Oktober 2023, setidaknya 66 anak dilaporkan meninggal akibat kelaparan dan gizi buruk, menurut data al-Hams.
Salah satu pasien di Rumah Sakit Nasser adalah Shams Mu’nis Dughayr, balita tiga tahun yang mengalami pembengkakan parah karena defisiensi protein. Berat badannya hanya 10 kilogram, jauh di bawah angka ideal 15 kilogram.
Peringatan mengenai krisis kelaparan ini telah disuarakan sejak lama. UNICEF menyebutkan bahwa situasi memburuk dalam beberapa bulan terakhir. Lebih dari 16.000 anak berusia 6 bulan hingga 5 tahun dilaporkan dirawat akibat gizi buruk akut sepanjang tahun ini.
VIVA Militer: Puing reruntuhan Rumah Sakit Al-Ahli di Jalur Gaza, Palestina
Photo :
- Associated Press (AP)
UNICEF menyebutkan bahwa blokade Israel selama 11 minggu terhadap makanan, bantuan, dan pasokan medis telah menyebabkan lonjakan 150 persen dalam jumlah anak yang dirawat karena kekurangan gizi. Meskipun sebagian blokade dicabut pada 19 Mei, kasus malnutrisi tetap meningkat.
Dalam kondisi seperti sekarang, UNICEF memperingatkan bahwa angka kekurangan gizi akut kemungkinan akan terus naik dan dapat mencapai puncaknya sejak awal konflik.
Sementara itu, organisasi Doctors Without Borders mengecam sistem distribusi bantuan saat ini sebagai, "Rumah pemotongan hewan yang menyamar sebagai bantuan kemanusiaan," ungkapnya.
Kecaman ini muncul di tengah laporan harian Haaretz bahwa militer Israel diperintahkan untuk menembak warga sipil yang mendekati bantuan pada Jumat lalu.
Halaman Selanjutnya
Susu formula alternatif yang tidak cocok untuk bayi baru lahir masih tersedia dalam jumlah sangat terbatas, biasanya dibeli oleh relawan di pasar dengan harga sangat mahal.