Senin, 19 Mei 2025 - 15:45 WIB
Jakarta, VIVA – Inses, atau hubungan seksual antara anggota keluarga sedarah, telah lama dianggap sebagai penyimpangan seksual yang melanggar norma-norma moral, hukum, sosial dan juga agama.
Secara universal, sebagian besar masyarakat di dunia mengutuk praktik ini karena konsekuensi biologis, psikologis, dan sosial yang ditimbulkan. Mirisnya, baru-baru ini muncul fenomena mengkhawatirkan terbongkarnya grup Facebook "Fantasi Sedarah" yang terang-terangan menyebarkan konten berbau inses. Scroll untuk info selengkapnya!
Dari sudut pandang etika moral, inses bukan sekadar pelanggaran norma sosial, tetapi juga bentuk pengkhianatan terhadap ikatan keluarga yang seharusnya dilandasi oleh rasa hormat, kasih sayang, dan perlindungan.
Hubungan antara orangtua dan anak, saudara kandung, atau kerabat dekat lainnya memiliki dimensi tanggung jawab dan kepercayaan. Ketika batas ini dilanggar, yang muncul bukan hanya trauma psikologis, tetapi juga kerusakan tatanan nilai yang menjadi dasar kehidupan bermasyarakat.
Dalam filsafat etika, khususnya etika deontologis yang dipelopori oleh Immanuel Kant, tindakan dianggap bermoral jika sesuai dengan kewajiban moral dan menghormati martabat manusia.
Inses, yang pada banyak kasus melibatkan relasi kuasa dan manipulasi, jelas bertentangan dengan prinsip tersebut. Bahkan dalam etika utilitarian yang menilai moralitas berdasarkan hasil dan manfaat, inses tetap dianggap salah karena lebih banyak menimbulkan penderitaan dibanding kebahagiaan.
Dari aspek biologis, hubungan inses juga meningkatkan risiko kelainan genetik pada keturunan. Ini menjadi alasan tambahan mengapa secara historis banyak masyarakat membuat larangan tegas terhadap inses—bukan hanya sebagai norma budaya, tapi juga langkah preventif terhadap bahaya kesehatan yang nyata.
Fenomena seperti grup "Fantasi Sedarah" seharusnya menjadi peringatan bagi semua pihak bahwa kebebasan di ruang digital tidak boleh menjadi dalih untuk melegalkan penyimpangan moral. Pemerintah, platform media sosial, dan masyarakat harus bekerja sama dalam memberantas konten menyimpang ini, dengan mengedepankan literasi digital dan pendidikan moral sejak dini.
Halaman Selanjutnya
Dari aspek biologis, hubungan inses juga meningkatkan risiko kelainan genetik pada keturunan. Ini menjadi alasan tambahan mengapa secara historis banyak masyarakat membuat larangan tegas terhadap inses—bukan hanya sebagai norma budaya, tapi juga langkah preventif terhadap bahaya kesehatan yang nyata.