VIVA – Dislipidemia atau ketidakseimbangan kadar lipid (kolesterol) dalam darah merupakan faktor risiko yang signifikan terhadap terjadinya penyakit kardiovaskular. Di Indonesia, prevalensi dislipidemia menunjukkan tren yang mengkhawatirkan dalam beberapa tahun terakhir.
Penyakit kardiovaskular merupakan salah satu penyebab kematian tertinggi di Indonesia. Berdasarkan data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Kemenkes tahun 2023, prevalensi kadar kolesterol total tinggi pada usia 15-24 tahun mencapai 7,8 persen.
Angka ini menunjukkan bahwa meskipun usia muda biasanya identik dengan kondisi kesehatan yang baik, ternyata banyak individu dalam kelompok ini memiliki kadar kolesterol yang tinggi. Yuk lanjut scroll artikel selengkapnya berikut ini.
Tidak hanya itu, prevalensi kadar kolesterol tinggi juga tercatat semakin meningkat pada rentang usia di atas 24 tahun. Dalam hal ini, seiring bertambahnya usia maka risiko penyakit kardiovaskular semakin meningkat.
Berdasarkan data Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) Kemenkes tahun 2018, prevalensi penyakit jantung di Indonesia mencapai 1,5 persen pada penduduk semua usia. Hal tersebut berarti bahwa di antara 100 orang penduduk semua usia, sebanyak 1,5-nya menderita penyakit jantung.
Prevalensi Penyakit Jantung Koroner (PJK) di Indonesia berdasarkan estimasi jumlah pada jenis kelamin, yakni sekitar 352.618 orang laki-laki dan 442.674 pada perempuan.
Berdasarkan usia, prevalensi tertinggi yaitu pada populasi usia 65-74 tahun (3,6 persen) yang berarti bahwa di antara 100 orang, sebanyak 3,6-nya menderita PJK.
“Pola hidup tidak sehat yang banyak dijumpai pada masyarakat perkotaan, khususnya kalangan pekerja kantoran, merupakan salah satu penyebab utama meningkatnya kadar kolesterol dalam tubuh,” ungkap Dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah Siloam Hospitals Lippo Village, dr. Nicolaus Novian Dwiya Wahjoepramono, MRes., Sp.JP.
“Gaya hidup sedentari, yakni ketika seseorang menghabiskan sebagian besar waktunya duduk di depan komputer dengan minim aktivitas fisik, berkontribusi besar terhadap penumpukan lemak jahat (LDL),” terangnya.
Selain itu, kata dr. Nico, ada sejumlah kebiasaan yang dapat memperburuk kondisi metabolik. Di antaranya, mengonsumsi makanan cepat saji yang tinggi lemak jenuh dan rendah serat, minuman manis, serta melewatkan sarapan sehat.
Tidak sedikit pula pekerja kantoran yang mengalami stres kronis, merokok, dan kurang tidur.
Semua faktor ini berkaitan erat dengan peningkatan risiko hiperkolesterolemia, yang jika dibiarkan berisiko memicu gangguan kardiovaskular serius, seperti serangan jantung atau stroke pada usia produktif.
“Pada kasus kolesterol tinggi, penggunaan obat-obatan seperti golongan statin terkadang diperlukan untuk membantu penurunan kolesterol dalam darah,” ujar dokter Nico.
“Di sisi lain, perubahan gaya hidup merupakan hal yang harus dilakukan pasien dengan kolesterol tinggi, seperti memilih makanan yang rendah lemak jenuh, olahraga rutin setidaknya 150 menit dalam seminggu, dan menghindari rokok maupun alkohol,” tambahnya.
“Melakukan skrining kolesterol rutin setidaknya dua bulan sekali juga penting untuk dilakukan. Hal ini untuk mencegah kondisi kolesterol tinggi yang tidak diketahui,” jelas dokter Nico.
Selaras dengan paparan dr. Nico terkait pentingnya melakukan skrining kolesterol, Kalbe mengajak masyarakat untuk melakukan skrining secara rutin sedini mungkin. Apalagi usia muda juga berisiko mengalami kolesterol tinggi dengan berbagai gaya hidup yang dijalankan.
Kalbe memperhatikannya dan berupaya mengatasi permasalahan tersebut, salah satunya dengan mengadakan edukasi kesehatan kardiovaskular, terutama kolesterol tinggi. Kalbe juga memberikan skrining kolesterol gratis untuk masyarakat.
“Kalbe mengusung edukasi kesehatan bertema “Love The Beat: Dampak Kolesterol terhadap Kualitas Hidup” yang diadakan di rumah sakit maupun perkantoran,” ujar Group Marketing Head PT Kalbe Farma Tbk, apt. Maria Stefanie, M.M dalam Kalbe Academia for Media di Siloam Hospitals Lippo Village.
“Ini merupakan bentuk inisiatif dan komitmen Kalbe dalam turut serta mengatasi permasalahan kesehatan kardiovaskular, terutama kolesterol tinggi di Indonesia, demi meningkatkan kualitas hidup pasien,” lanjutnya.
“Kegiatan ini juga sejalan dengan misi Kalbe yaitu meningkatkan kualitas kesehatan untuk kehidupan yang lebih baik,” ucap apt. Maria Stefanie, M.M.
Sementara itu, Kalbe telah bekerja sama dengan Siloam Hospitals untuk mengadakan kegiatan Love The Beat di beberapa unit Rumah Sakit Siloam, salah satunya Siloam Hospitals Lippo Village.
“Kalbe dengan gerakan Love The Beat juga mengadakan skrining kolesterol total dan LDL secara gratis. Hal ini untuk menggaungkan pentingnya skrining kolesterol berkala bagi kesehatan,” jelas Group Product Manager PT Kalbe Farma Tbk, apt. Tekla Rosa Oktivia.
“Tersedia juga konsultasi secara gratis dengan dokter agar masyarakat dapat lebih mengerti kondisi kesehatannya,” tutur Rosa.
“Bagi masyarakat atau pasien yang ternyata memiliki kolesterol LDL tinggi, Kalbe juga menyediakan berbagai obat statin yang dapat menurunkan kadar kolesterol dalam darah. Terdapat juga produk suplemen untuk menjaga kesehatan jantung,” imbuh Rosa Oktivia.
Kalbe juga bekerja sama dengan beberapa perkantoran di Jabodetabek untuk melaksanakan kegiatan Love The Beat secara office to office, untuk meningkatkan kesadaran terhadap pentingnya menjaga kesehatan kardiovaskular di kalangan pekerja kantoran.
Inisiatif ini diharapkan dapat membantu meningkatkan kepedulian para pekerja kantoran untuk memperhatikan kesehatan kardiovaskular.
Apalagi banyak pekerja kantoran yang memiliki angka kolesterol tinggi karena sedentary lifestyle dan pola makan yang kurang sehat.
Halaman Selanjutnya
Berdasarkan usia, prevalensi tertinggi yaitu pada populasi usia 65-74 tahun (3,6 persen) yang berarti bahwa di antara 100 orang, sebanyak 3,6-nya menderita PJK.