Tersedot Awan dari Ketinggian 28.000 Kaki, Paralayang Ini Nyaris Mati Beku

1 day ago 3

Senin, 2 Juni 2025 - 12:36 WIB

VIVA – Seorang penerjun payung berpengalaman di luar dugaan, lantaran dirinya berhasil selamat dari fenomena langka dan berbahaya yang membuatnya tersedot oleh awan hingga ketinggian 28.210 kaki (8.600 meter).

Paralayang asal Tiongkok, Peng Yujiang (55) ini diketahui nyaris saja kehilangan nyawanya setelah tersedot ke dalam awan hingga mencapai ketinggian 28.208 kaki (sekitar 8.600 meter) saat terbang di Pegunungan Qilian, Provinsi Gansu, pada 24 Mei 2025.

Foto dan video atlet paralayang Tiongkok Liu Ge yang berusaha tetap tenang (dengan maksud tertentu) saat ia mengalami kadar oksigen yang sangat rendah dan suhu serendah -40 derajat Celsius (-40° Fahrenheit) menjadi viral di media sosial minggu ini. 

Dilansir Odditycentral.com pada Senin, 2 Juni 2025, terdapat foto-foto, pakaian dan wajah atlet paralayang kawakan itu tertutup es, dan ia berjuang untuk bernapas dan tidak pingsan karena oksigen yang rendah. 

Pada tanggal 24 Mei, Liu Ge lepas landas dari ketinggian sekitar 3.000 meter di Pegunungan Qilian, di perbatasan antara Gansu barat dan Qinghai timur laut, tetapi saat ia sedang melakukan paralayang, awan kumulonimbus muncul di belakangnya dan ia akhirnya terangkat semakin tinggi di atas awan.

Tersedot oleh Cloud Suck

Rupanya, fenomena langka yang dialami Peng ini dikenal sebagai cloud suck, yaitu arus naik kuat di bawah awan kumulonimbus yang dapat menarik paralayang ke ketinggian ekstrem. 

Dalam kasus ini, Peng yang awalnya hanya menguji perlengkapan baru di ketinggian sekitar 3.000 meter, tiba-tiba tersedot naik lebih dari 5.500 meter dalam waktu singkat

'Cloud suck' sendiri merupakan fenomena yang terdokumentasi dengan baik di mana paralayang dan paralayang gantung mengalami daya angkat signifikan yang disebabkan oleh termal di bawah awan kumulus, terutama kumulus dan kumulonimbus yang menjulang tinggi. 

Hal ini biasanya dikaitkan dengan peningkatan kecepatan arus udara ke atas termal di dekat dasar awan. 

Pilot yang telah mengalami fenomena ini melaporkan bahwa mereka tidak dapat turun saat awan hisap kuat, bahkan setelah membuat kanopi glider mereka berputar sangat dalam, yang biasanya akan mengakibatkan penurunan yang cepat.

Karena ia tidak berencana untuk terbang ke tempat yang sangat tinggi, peraturan Tiongkok membatasi penerbangan hingga di bawah 16.405 kaki (5.000 meter).

Bertahan di Suhu Ekstrem

Pada ketinggian tersebut, suhu udara mencapai -40°C dengan kadar oksigen yang sangat rendah. Peng mengalami gejala hipoksia dan hampir kehilangan kesadaran. 

Meski demikian, ia berhasil tetap sadar dan mendarat dengan selamat sekitar 33 kilometer dari titik lepas landas, meskipun mengalami radang dingin parah dan tubuhnya tertutup es.

Namun, ia tetap berhubungan dengan teman-temannya di darat melalui interkom dan akhirnya berhasil turun.

"Saya merasakan kekurangan oksigen dan tangan saya membeku, tetapi saya tetap berkomunikasi melalui interkom," kata Liu di media sosial.

Pengalaman ekstrem paralayang China itu menyebar di media sosial, tetapi ketenarannya dalam semalam dapat menimbulkan masalah, karena ia dilaporkan tidak melaporkan penerbangan pada hari kejadian, termasuk lokasi lepas landas, seperti yang disyaratkan, yang mendorong pihak berwenang untuk membuka penyelidikan resmi.

Meskipun banyak yang membicarakan tentang penerbangannya yang memecahkan rekor untuk paralayang, Liu Ge memohon kepada pengguna media sosial untuk berhenti membesar-besarkannya. Ia mungkin takut bahwa prestasinya dapat menimbulkan akibat hukum yang serius.

Halaman Selanjutnya

Dalam kasus ini, Peng yang awalnya hanya menguji perlengkapan baru di ketinggian sekitar 3.000 meter, tiba-tiba tersedot naik lebih dari 5.500 meter dalam waktu singkat

Halaman Selanjutnya

Read Entire Article
Sindikasi | Jateng | Apps |