Jakarta, VIVA – Potensi bisnis dekarbonasi ditegaskan sangat besar saat ini. Jika digarap dengan maksimal, dunia usaha bisa mendapatkan keuntungan yang besar dari bisnis berkelanjutan.
Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Anindya Novyan Bakrie mengungkapkan sektor swasta dapat merebut peluang dekarbonisasi senilai US$3,8 triliun dengan memimpin empat area penting. Yakni, iklim, permodalan, pasar karbon, dan keterampilan.
"Untuk merebut peluang dekarbonisasi senilai US$3,8 triliun, sektor swasta Indonesia harus memimpin di empat bidang penting," ujar Anindya dalam Indonesia International Sustainability Forum (ISF) 2025, di Jakarta, Jumat, 10 Oktober 2025.
Anindya menjabarkan, Aarea pertama adalah iklim yang menargetkan Net Zero Emission bisa dicapai bukan hanya lewat pengurangan emisi, tetapi juga lewat inovasi, investasi, dan penciptaan pasar.
"Kedua, permodalan. Kita harus memobilisasi pembiayaan ke dalam sektor energi terbarukan, mineral kritis, pengolahan sampah menjadi energi, dan peningkatan jaringan listrik," katanya.
Dia menambahkan bahwa kerja sama pemerintah dan badan usaha (KPBU) dapat mengurangi risiko dalam area ini.
Ketua Umum Kadin Indonesia, Anindya Bakrie.
Ketiga adalah pasar karbon. Anindya menyebutkan Indonesia memiliki potensi untuk menjadi pemimpin global dalam kredit berbasis alam dan pajak karbon. Kadin dan ASEAN Alliance on Carbon Markets (AACM) siap untuk memastikan integritas serta pasokan kredit tersebut.
Area penting terakhir adalah keterampilan. Anindya mengatakan, transisi ini akan menciptakan lapangan kerja, tetapi hanya jika bertindak sekarang untuk menyiapkan tenaga kerja. Hal itu berarti meningkatkan keterampilan, melatih ulang, dan membangun jalur talenta bagi industri hijau.
"Ini adalah peta jalannya. Peluangnya sudah jelas dan yang terpenting sekarang adalah pelaksanaannya," katanya.
Lebih lanjut menurut dia, agenda pertumbuhan hijau bukan lagi sekadar bagaimana mencapai target iklim, namun tentang mengamankan masa depan ekonomi Indonesia, memastikan pertumbuhan yang kuat, berkelanjutan, dan inklusif.
Sebagai informasi, Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Rosan Roeslani menyampaikan bahwa ISF 2025 sekaligus menegaskan komitmen Indonesia untuk merealisasikan Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060.
Komitmen tersebut, kata Rosan, juga ditekankan oleh Presiden Prabowo Subianto dalam Sidang Umum PBB di New York, AS.
Halaman Selanjutnya
ISF merupakan forum internasional yang diselenggarakan Indonesia untuk menghubungkan para pelaku usaha, investor, dan pemangku kepentingan dalam mewujudkan proyek-proyek transformasional yang berkelanjutan. (Ant)