Naypyidaw, VIVA – Tim penyelamat dan pasokan asing tiba di Myanmar pada Minggu, 30 Maret 2025, untuk membantu negara itu mengatasi gempa bumi yang menewaskan lebih dari 1.600 orang.
Gempa juga menyebabkan banyak orang di dekat episentrum berebut mencari bantuan tanpa peralatan yang memadai.
Di Myanmar, kehancuran juga menambah penderitaan di negara yang sudah kacau akibat perang saudara, yang meningkat sejak kudeta militer tahun 2021, yang menggulingkan pemerintahan terpilih Aung San Suu Kyi dan memicu pemberontakan bersenjata di seluruh negeri.
Pemerintah Persatuan Nasional yang beroposisi, yang mencakup sisa-sisa pemerintahan sebelumnya, mengatakan milisi anti-junta di bawah komandonya akan menghentikan semua aksi militer ofensif selama dua minggu, mulai 30 Maret 2025.
“NUG, bersama dengan pasukan perlawanan, organisasi sekutu, dan kelompok masyarakat sipil, akan melakukan operasi penyelamatan,” kata partai itu dalam sebuah pernyataan.
Sebuah gedung tinggi runtuh di Chatuchak, Bangkok, imbas gempa Myanmar
Melansir dari The Sundaily, Kehancuran di beberapa daerah di Myanmar bagian atas, seperti kota Sagaing di dekat episentrum gempa, sangat parah, kata seorang penduduk bernama Han Zin.
“Apa yang kita lihat di sini adalah kehancuran yang meluas, banyak bangunan runtuh ke tanah,” ujarnya melalui telepon.
Dia menambahkan bahwa sebagian besar kota itu tidak memiliki listrik sejak bencana melanda dan air minum mulai menipis.
“Kami tidak menerima bantuan apa pun, dan tidak ada petugas penyelamat yang terlihat," lanjutnya.
Citra satelit menunjukkan beberapa bagian jembatan utama yang menghubungkan Sagaing dengan Mandalay runtuh, sementara beberapa bagian bangunan era kolonial itu tenggelam di sungai Irrawaddy.
“Dengan hancurnya jembatan, bahkan bantuan dari Mandalay pun kesulitan untuk sampai,” kata Sagaing Federal Unit Hluttaw, asosiasi politik yang terkait dengan NUG, di Facebook.
“Makanan dan obat-obatan tidak tersedia, dan meningkatnya jumlah korban membuat rumah sakit kecil setempat kewalahan, yang tidak memiliki kapasitas untuk merawat semua pasien.”
Pemimpin militer Myanmar Jenderal Senior Min Aung Hlaing memeriksa korban gempa.
Photo :
- Tim Informasi Berita Militer Myanmar via AP.
Halaman Selanjutnya
“Apa yang kita lihat di sini adalah kehancuran yang meluas, banyak bangunan runtuh ke tanah,” ujarnya melalui telepon.